Dibaca
319
kali
Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kutim turun langsung ke Lokasi Fokus (Lokus) meninjau keluarga yang berisiko stunting di Sangatta Utara (dok: nun/katakaltim)

3.870 Keluarga di Sangatta Utara Berisiko Stunting

Penulis : Nun
 | Editor : Caca
13 February 2025
Font +
Font -

KUTIM — 3.870 keluarga berisiko stunting di kecamatan Sangatta utara, Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menjadi perhatian serius.

Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kutim turun langsung ke Lokasi Fokus (Lokus) meninjau kepastian angka tersebut.

Kunjungan kerja lapangan atau cap jempol stop stunting dilakukan di lokus Dusun Kenyamukan, Desa Sangatta Utara, kecamatan Sangatta Utara, Kamis 13 Februari 2025.

Achmad Junaidi (dok: nun/katakaltim)

Achmad Junaidi (dok: nun/katakaltim)

Sekretaris TPPS Kutim Achmad Junaidi menerangkan untuk menyatakan anak stunting atau berisiko stunting salah satunya dibuktikan dengan pengukuran dan penimbangan.

Pihaknya pun sudah melakukan hal tersebut di lokus Dusun Kenyamukan, Desa Sangatta Utara bersama tim pakar gizi Dinkes Kutim dan anak di lokus tersebut dinyatakan stunting.

Baca Juga: Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Kutai Timur, Agus Hari Kesuma (AHK), melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kutim pada 24 Oktober 2024. (aset: ainun/katakaltim.com)Sidak Disdukcapil, Pjs Bupati Kutim Tekankan Pentingnya Pelayanan Publik yang Prima

Salah satu program yang harus diberikan adalah Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Tapi jika ingin memberikan program lain untuk anak stunting, lebih dahulu dilihat dari indikator rumah, air yang dikonsumsi, pola asuh dan kelayakan hidup lainnya.

Jika hal tersebut yang menjadi penyebab anak dinyatakan stunting, maka harus bisa dipenuhi dengan program yang tepat.

“Yang prioritas untuk anak stunting adalah selama 6 bulan harus diberikan PMT. Saya bersama Kepala Bidang DPPKB telah memberikan PMT, mulai hari ini hingga 6 bulan ke depan wajib diberikan secara terus-menerus," ucap Junaidi yang juga menjabat kepala DPPKB Kutim.

PMT yang diberikan kepada anak berisiko stunting berasal dari infaq pejabat DPPKB. Maka, Junaidi berharap seluruh pejabat pemerintah di Kutim bisa meniru yang dilakukan oleh pejabat DPPKB, sebagai bentuk dukungan penurunan angka stunting di "Tanah Tuah Bumi UntungBenua".

"Di bulan ke-7 setelah PMT selama 6 bulan dilakukan evaluasi. Apakah ada perubahan tinggi dan peningkatan berat badan anak berisiko stunting. Jika ada berarti infaq tepat sasaran dan bermanfaat bagi keluarga itu," ujar Junaidi.

Verifikasi Data belum Selesai

Dia menambahkan, setelah kunjungan Kerja lapangan kegiatan dilanjutkan dengan pertemuan bedah angka stunting di kantor Desa Sangatta Utara. Hasil pertemuan tersebut bisa menarik benang merah.

"Dari statement pihak RT ada kekeliruan pemahaman selama ini. Dikira permasalahan ini hanya Dinkes dan DPPKB serta Camat saja, ternyata semua harus punya peran,” katanya.

“Ke depannya pun kita harus turun supaya pemahaman RT juga terus meningkat," sambung dia.

Sementara itu, Camat Sangatta Utara Hasdiah mengatakan 3.870 keluarga berisiko stunting berada di kecamatan yang ia pimpin.

Untuk itu pihaknya bersama TPPS Kecamatan siap intervensi menurunkan angka tersebut. Namun katanya verifikasi data belum rampung.

"Verifikasi data belum selesai di tingkat desa, dari data itu masih ditemukan data keluarga berisiko stunting pada tahun 2021. Tentunya harus di verifikasi ulang. Mudah-mudahan dapat berkurang," harap Hasdiah.

Masih Menggunakan Sumur Bor

Tak lupa ia meminta kepada perangkat daerah terkait. Terutama PDAM, pasalnya tak memiliki air bersih menjadi salah satu indikator dinyatakan keluarga berisiko stunting.

Seperti di lokus Dusun kenyamukan yang telah dikunjungi belum masuk PDAM di daerah tersebut. Mereka masih menggunakan sumur bor dan kualitas air kurang baik.

"Sangatta Utara punya program mencegah keluarga berisiko stunting yakni disebut kampung beragam dengan pemanfaatan lahan pekarangan dan rumah rehab gizi," imbuhnya.

Program PMT tidak Maksimal

Kades Sangatta Utara, Mulyanti, mengatakan berdasarkan data keluarga berisiko stunting di desanya mencapai 98 KK, pihaknya juga hanya mengambil berdasarkan gizi buruk.

Sebelumnya pihak desa di 2024 telah menjalankan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk anak berisiko stunting dan anak stunting.

"Setiap pagi kader kami mengantarkan, menunggu anak itu makan, namun tidak maksimal. Jadi tahun ini kami mengikuti program pemerintah atau dinas terkait, kami dukung," tegasnya.

Menurut Mulyanti, pola asuh penyebab anak menjadi stunting atau berisiko stunting. Pasalnya pola asuh menjadi indikator terbesar penyumbang stunting di Desa Sangatta Utara selain kemiskinan.

Turut hadir dalam agenda itu adalah WI KDOD LAN Samarinda dr Fajar Iswahyudi, Ketua BAZNAS Masnif Sofwan, Plt Sekretaris DPPKB BB Partomuan, Unsur Muspika diantaranya Babinsa Sangatta Utara SS Bintang, Bhabinkamtibmas, Para Kades. (Nun)

Font +
Font -
# ePaper
Lebih Banyak >