KUBAR — Kepala Bidang Pembinaan Ketenagaan (Kabid PK) Dinas Pendidikan Kutai Barat (Disdik Kubar) mengatakan tidak mudah memberlakukan Kurikulum Merdeka di Kubar.
Dia mengaku berdasarkan pengalamannya, penerapan kurikulum terbaru membutuhkan adaptasi yang cukup lama.
“Kita butuh adaptasi yang lama, seperti pengalaman saya sebelumnya, ketika suatu kurikulum diganti, tidak serta merta kurikulum itu berjalan dengan baik,” jelas Beni kepada katakaltim, Selasa (10/9).
Selain penerapannya kepada murid, dia juga membeberkan butuh waktu lama pembinaan kalangan guru. Untuk itu diperlukan pendidikan khusus seperti bimbingan teknis (bimtek) kepada mereka.
"Jadi kami di bidang PK ini banyak melakukan asa kapak, maksudnya diklat-diklat, bimtek bagi guru-guru dan tenaga kependidikan agar kita menyiapkan orang-orang yang tidak banyak mengeluh, dan menyiapkan diri menjadi lebih baik" ucap Beni.
Lebih jauh, Beni mengatakan wilayah tertentu di Kubar yang masih terkendala jaringan (Blank Spot) di sekolah-sekolah pedalaman menjadi salah satu penghambat terlaksananya kurikulum merdeka.
"Di Kubar ini masih ada sebagian kecil sekolah di wilayah terpencil yang tak punya jaringan internet, blank spot. Jadi guru-guru juga kewalahan dan tertatih-tatih dalam menghadapi kurikulum merdeka ini,” terangnya.
Untuk itu dia mengaku pihaknya terus melakukan kerjasama dengan berbagai pihak sebagai langkah mengatasi kendala dalam melaksanakan kurikulum merdeka ini.
Karena menurutnya, sebelum Kurikulum Merdeka diterapkan, Disdik tidak jarang melakukan pelatihan.
"Namanya hal baru tidak bisa instan, tentu saja butuh waktu karena tidak semua guru punya kemampuan belajar yang sama. Jadi kemampuan dan talenta guru harus terus ditambah,” tutupnya. (*)