Ketua Bawaslu Kaltim Hari Dermanto (aset: agu/katakaltim)

Generasi Muda Harapan Pilkada, Hari Dermanto Ajak Gen Z Cerdas Memilih Figur

Penulis : Agu
28 October 2024
Font +
Font -

KALTIM — Ketua Bawaslu Kaltim Hari Dermanto mengatakan boleh jadi pemilihan kepala daerah yang akan digelar 27 November 2024 mendatang merupakan pengalaman pertama generasi Z.


Menurut Hari Dermanto, mereka menjadi bagian penting dalam menentukan siapa yang akan memimpin daerah.

Baca Juga: Ketua Bawaslu Kaltim Hari Dermanto Lakukan Pengawasan dan Pencegahan Kenaikan DPS yang Tidak Wajar di IKN (aset: bawaslukaltim)Bawaslu Kaltim Lakukan Pengawasan dan Pencegahan Kenaikan DPS yang Tidak Wajar di IKN

“Mengingat presentase jumlah pemilih generasi millenial dan Z mencapai angka 62 persen dari jumlah pemilih. Mereka menjadi bagian dari yang menentukan siapa yang akan terpilih,” terang Hari Dermanto, Minggu (27/10/2024).

Baca Juga: Budaya fomo kerap diletakkan pada gen z (Foto: ist)Gen Z, Makhluk FOMO dan Suka Belanja yang Tak Penting..?? 

Tidak heran, tambah dia, ada yang berujar bahwa pemilihan kepala daerah kali ini akan sangat ditentukan oleh generasi muda.

Pun demikian, generasi ini tak hanya menentukan siapa yang akan terpilih. Tetapi juga bagaimana figur bisa terpilih.

Artinya, mereka, para generasi muda, memiliki cara-cara sendiri yang berbeda dengan generasi sebelumnya dalam menjalankan demokrasi.

“Bagi kami, penyelenggara pemilu, generasi ini bukan hanya menentukan siapa yang terpilih, tapi juga menentukan bagaimana seseorang itu terpilih,” tuturnya.

Karena itu, dalam banyak kesempatan, Bawaslu menyampaikan betapa pentingnya kesadaran warga dalam sistem demokrasi.

Kesadaran yang menjadikan pemilu sebagai sarana melahirkan pemimpin untuk berkontribusi mewujudkan pemilu atau pilkada yang demokratis.

Lebih lanjut Hari Dermanto merincikan cara-cara yang harusnya disadari dan ditempuh oleh generasi muda dalam menjaga demokrasi antara lain:

1. Turut menjaga dirinya, lingkungannya dari praktik curang: politisasi SARA, money politics, ujaran kebencian;

2. Melakukan sikap kritis terhadap visi misi program kerja pasangan calon, apakah realistis dapat dilaksanakan atau tidak?;

3. Menggunakan hak pilih, karena sebesar apapun presentase pemilih, namun tidak menggunakan hak pilih, maka tidak pernah memenangi pemilu/pilkada.

Hari mengemukakan, di tengah banyak keraguan tentang pemilih dalam berbagai pelaksanaan pilkada yang dapat dimobilisasi oleh isu sara, berita bohong, kebencian dan oleh pemberian uang atau materi lainnya, sudah waktunya generasi muda menjadi tauladan ihwal cara-cara menjadi pemilih yang baik.

“Memang sudah waktunya generasi muda, sebagai generasi penentu hasil pilkada menjadikan dirinya sebagai teladan, memberikan keteladanan tentang bagaimana menjadi pemilih yang baik,” pungkasnya. (*)

Font +
Font -