Dibaca
11
kali
Asisten Administrasi Umum Setkab Kutim, Sudirman Latif. (aset: ainun/katakaltim.com)

Pemkab Kutim Tanggapi Perilaku Guru yang Tidak Sepantasnya kepada Murid

Penulis : Admin
27 November 2024
Font +
Font -

KUTIM — Akhir-akhir ini tidak sedikit perilaku guru yang membuat murid mengalami trauma. Utamanya masalah pelecehan seksual maupun kekerasan.

Asisten Administrasi Umum Setkab Kutim, Sudirman Latif, mengatakan kondisi ini tentu saja merupakan fenomena yang patut disayangkan. Apalagi guru dianggap memiliki standar etika yang barangkali berbeda dengan yang lain.

“Memang posisi guru ini kan jabatan yang memerlukan kode etik. Jadi tidak sama dengan dengan jabatan-jabatan lain,” ucapnya kepada katakaltim belum lama ini.

Baca Juga: Aksi berjoget di ruang rapat Dinas PUPR Kutim diduga ada kontraktor. (Dok: caca/katakaltim)Pembagi Uang dalam Aksi Joget-joget di Dinas PUPR Kutim Diduga adalah Kontraktor

“Di samping guru itu punya kualifikasi standar pendidikan, juga tentunya adalah dalam perekrutan tenaga guru, memenuhi standar kualifikasi, juga diharapkan memenuhi standar kompetensi,” sambungnya.

Baca Juga: Komisi II DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama jajaran pemerintah daerah (Pemda) di Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (20/11/2024). (aset: irfan/prokutim)Pemkab Kutim Hadiri RDP dengan Komisi II DPR RI, Bahas Kesiapan Pilkada Serentak


Kata dia, memang, selain guru memiliki skill yang mumpuni, juga harus punya attitude atau etika yang baik. Standar ini merupakan sesuatu yang harus direalisasikan.

“Di samping guru profesional, punya skill, juga dia punya attitude (etika) atau karakter yang baik. Sehingga di dalam seleksi penerimaan guru juga betul-betul memenuhi standar kualifikasi pendidikan dan standar kompetensi yang mumpuni,” ucapnya.

“Itulah sebabnya seorang guru betul-betul diharapkan kualifikasi dan standar kompetensi harus terpenuhi. Sehingga saya berharap perekrutan guru betul-betul diperhatikan,” sambung dia.

Disinggung terkait Kurikulum Merdeka, Sudirman Latif mengatakan perlu meningkatkan metode. Walaupun kurikulum sudah bagus, tapi metodenya tidak baik, tetap juga tidak melahirkan pendidikan maksimal.

“Tinggal metodenya. Guru kan tidak hanya mengajarkan ilmu, tapi juga memberikan contoh kepada anak didiknya. Setiap kali gerak-gerik guru di depan kelas, ini bagi pengalaman saya, itu menjadi panutan bagi anak muridnya,” katanya.

“Sehingga seorang guru memang harus ekstra hati-hati dalam menjalankan tugasnya,” pungkas Sudirman. (Adv)

Font +
Font -
# ePaper
Lebih Banyak >