KUTIM — Asisten Administrasi Umum Setkab Kutim, Sudirman Latif menyatakan ada perbedaan kemampuan antara generasi Z dan generasi sebelumnya dalam dunia pendidikan.
Generasi Z, menurut Sudirman Latif, dengan akses informasi dan teknologi yang melimpah, memiliki cara belajar yang berbeda dari generasi sebelumnya.
Mereka lebih cepat menyerap informasi dan cenderung lebih kritis. Ini menuntut para guru untuk beradaptasi dan mengupdate metode pengajaran mereka.
Baca Juga: LDR Dengan Istri, Oknum Tenaga Pendidik di Kutim Tega Rudapaksa Muridnya
“Jadi harapan kita tentunya adik-adik yang generasi Z ini ya, tentu jika dibandingkan dengan kemampuan kan kita beda generasi,” ucap Sudirman Latif kepada katakaltim, Senin (25/11/2024) di Sangatta.
Baca Juga: Tingkatkan Peternakan Modern, Pemkab Kutim Lakukan Studi Tiru ke Cipta Visi Farm di Magelang
Perbedaan ini bukan berarti generasi Z lebih unggul, melainkan ada konsep keunggulan. Keunggulan generasi Z terletak pada kemampuan beradaptasi dengan teknologi dan informasi yang cepat.
Sementara itu, pengalaman dan kearifan generasi sebelumnya tetap berharga dan perlu diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, dukungan terhadap profesionalisme guru sangat penting.
“Tetapi mari kita mendukung keberadaan guru. Mari kita support terus agar guru-guru semakin profesional tentunya,” sambung dia.
Program pelatihan dan pengembangan yang berfokus pada metode pengajaran inovatif, pemanfaatan teknologi pembelajaran, dan pemahaman karakteristik generasi Z sangat krusial.
Kurikulum juga perlu direvisi secara berkala untuk memastikan relevansi dengan kebutuhan zaman.
Metode pengajaran tradisional mungkin kurang efektif bagi generasi Z.
“Dan ini sudah diberikan oleh Dinas Pendidikan. Ilmu itu harus update terus. Termasuk memgaupdate ilmu berdasarkan kebutuhan yang ada sekarang,” katanya.
“Mungkin metode yang lama tidak bisa diterapkan untuk generasi yang ada sekarang. Terus terang generasi saat ini lebih cerdas,” sambung Sudirman meyakinkan.
Kata Sudirman Latif, perlu menjadi fasilitator, bukan hanya penyampai informasi. Mereka harus mampu merangsang rasa ingin tahu dan kreativitas anak didik mereka.
“Jadi semakin kesini, semakin canggih otak generasi kita. Jadi guru-guru juga harus memahami apa yang dibutuhkan oleh generasi millenial dan generasi Z saat ini,” pungkasnya. (Adv)