WASHINGTON -- Puluhan ribu orang berunjuk rasa di Washington DC, Amerika Serikat, menuntut pemerintah mendukung gencatan senjata di Jalur Gaza, Palestina, Sabtu (13/1).
Unjuk rasa itu diselenggarakan oleh American Muslim Task Force on Palestine dan Koalisi Act Now to Stop War and Racism (ANSWER).
Baca Juga: Kebengisan Israel Terhadap Penduduk Gaza, Puluhan Ribu Orang Tewas
Mereka memulai demonstrasi dengan sambutan dari enam warga Palestina-Amerika yang keluarganya tewas di Gaza.
Baca Juga: Israel Dikecam Sekjen PBB, Konfrensi Tingkat Tinggi GNB Rilis Tuntutan
Alaa Hussein Ali, warga dari negara bagian Michigan, mengatakan dirinya kehilangan 100 anggota keluarga termasuk lebih dari 60 anak-anak di Gaza imbas genosida yang dilakukan Israel.
Alaa mengatakan saudara lelakinya tak pernah kembali sejak pergi mencari air dalam "perjalanan berbahaya" dari utara ke selatan Gaza. Dia tewas dibunuh oleh penembak jitu Israel.
"Dia ditembak beberapa kali di dadanya. Dan dia ditemukan lima hari kemudian di salah satu rumah sakit di Gaza," ujar Alaa, seperti dikutip Anadolu Agency, Senin (15/1).
Adam, seorang apoteker Palestina-Amerika dari Gaza, juga mengaku kehilangan lebih dari 100 anggota keluarga, termasuk ayahnya, dalam agresi Israel.
"Israel membunuh seseorang yang mencintai kehidupan, mencintai perdamaian, mencintai manusia, mencintai alam. Dan yang paling penting, dia mencintai cucu-cucunya," tutur Adam.
"Kisah setiap anggota keluarga yang dibunuh adalah kesaksian genosida yang sedang berlangsung terhadap rakyat Palestina. Presiden (AS Joe) Biden dapat dengan mudah menghentikan genosida ini," lanjut dia.
Adam berujar Biden bisa dengan mudah menyetop kegilaan Israel mengingat dia bisa kapan pun menelepon maupun menerima telepon dari Israel.
Dalam aksi itu, massa pun berulang kali meneriakkan "Bebaskan Palestina", "Gencatan senjata sekarang" dan "Setop pendudukan". Massa ramai-ramai melakukan long march di jalan-jalan ibu kota.
Selain pidato dari warga Palestina-Amerika, ada pula sambutan dari Kepala Biro Al Jazeera di Gaza, Wael al-Dahdouh, yang sanak keluarganya tewas imbas serangan Negeri Zionis. Dia menyampaikan pidato melalui tautan video.
Al-Dahdouh menyebut 112 jurnalis dan fotografer tewas akibat serangan udara dalam tiga bulan terakhir sejak agresi diluncurkan Oktober lalu.
Jumlah itu, kata dia, belum pernah terjadi sebelumnya di perang-perang lain, termasuk dalam 20 tahun perang Vietnam.
"Tampaknya Israel tidak ingin kami melakukan tugas kami secara maksimal," kata al-Dahdouh.
"Kami menjamin bahwa kami akan terus membawa pesan ini dan memenuhi tugas ini," ucap dia menegaskan.
Beberapa tokoh lain seperti calon presiden AS Cornel West dan Jill Stein, anggota DPR Andre Carson, aktivis Alana Hadid, serta penulis Laila Haddad juga termasuk di antara orang-orang yang memberikan pidato.
Salah satu penyelenggara, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) menyatakan pada Jumat (12/1) bahwa mereka telah mengirim surat kepada Biden dan mendesaknya berhenti memasok persenjataan ke Israel.
Mereka memperingatkan bahwa kebijakan Biden mengenai Gaza sudah sangat merusak hubungan AS dengan komunitas Muslim dunia.
Agresi Israel di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 23.800 orang, dengan mayoritas anak-anak dan perempuan. Jumlah itu sama dengan satu persen dari total 2,3 juta warga Gaza sebelum agresi.
Serangan Israel telah menyebabkan kehancuran dan kelaparan bagi warga Gaza, yang bahkan juga tak punya tempat aman untuk berlindung. Komunitas internasional berulang kali mengecam aksi Israel di Gaza dengan menyebutnya genosida.
Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ) baru-baru ini menggelar sidang dengar pendapat atas dugaan genosida terhadap warga Gaza. Sidang itu digelar karena gugatan Afrika Selatan kepada Negeri Zionis melalui ICJ Desember lalu. (*)