KUTIM — Begasing atau permainan gasing asal Kutai merupakan permainan tradisional yang saat ini masih eksis dan dipertandingkan hingga ke Pekan Olahraga Nasional.
Pada umumnya, hampir di setiap daerah di Nusantara mengenal gasing, namun dengan ciri khasnya masing-masing.
Salah satu jenis gasing yang terkenal adalah Gasing Kutai yang berasal dari daerah Kalimantan.
Begasing Kutai sudah ada sejak abad ke-2 Masehi dan berkembang hingga sekarang.
Dalam sejarahnya, pada generasi pertama di abad ke-2, permainan ini sangat umum, siapa pun bisa memainkannya.
Baca Juga: UMP Kaltim Hanya Rp3,5, Akmal Malik: Masyarakatnya Happy-happy Aja
Demikian tambah Koordinator Komunitas Gasing Sangatta (KGS), Ihwan.
Koordinator Komunitas Gasing Sangatta, Ihwan (kedua dari kanan). (dok: caca/katakaltim)
Generasi pertama pada abad ke-2, permainan ini dimainkan oleh masyarakat biasa.
Namun, pada generasi kedua di abad ke-4 dimainkan dan dipertunjukan di Kerajaan Kutai oleh para bangsawan.
"Dulu kan kalau enggak keturunan raja kan enggak bisa main, tapi karena zaman kan, kalau misal itu enggak dikembangkan nanti hilang," ujarnya kepada Katakaltim, Minggu 9 Maret 2025.
Ia mengatakan permainan tradisional Gasing Kutai saat ini terus dikembangkan sebagai pelestarian.
Hingga saat ini gasing tetap eksis dimainkan pada acara adat, dan perlombaan yang digelar oleh pemerintah sepeti acara erau dan perayaan ulang tahun kabupaten tiap tahunnya.
Bentuk Gasing Kutai
Gasing di berbagai daerah memiliki bentuknya masing-masing. Gasing Kutai memiliki 5 model yang khas, antara lain:
Khusus untuk Gasing Pendadah, tidak diperlombakan. Sebab gasing model ini hanya untuk raja. Dengan desain berkepala dua yang membuatnya bertahan lebih lama berputar.
Sebagai upaya pelestarian, Ihwan berharap begasing menjadi salah satu muatan lokal di sekolah yang ada di Kalimantan Timur.
Kendala Pelestarian Gasing Kutai
Di Benua Etam, produksi Gasing Kutai hanya dikerjakan oleh 2 daerah yakni Kutai Kartanegara dan Kutai Timur.
Suriansyah, salah satu pengrajin Gasing Kutai di Kutim, mengaku kesulitan dalam pembuatan gasing karena bahan baku yang susah ditemukan.
"Karena kayu yang digunakan bisa dibilang sudah hampir punah. Jadi kayu yang kita pakai yang sudah mati, kalau masih hidup kita gak berani," jelas Suriansyah kepada Katakaltim.
Bahan dasar pembuatannya adalah Kayu Menggeris atau yang lebih dikenal dengan Kayu Raja di Kutai.
Ia mengatakan secara umum kayu ini berada di hampir semua hutan pedalaman Kalimantan, namun tidak semua kayu yang sudah tumbang dapat digunakan, sebab harus melihat struktur kepadatan sehingga dapat dibuat menjadi gasing. (Ca)