Dibaca
7
kali
Pemkab Kutim berkunjung ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Berbasis Lingkungan dan Edukasi (BLE) di Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (15/4/2025). (Dok: prokutim)

Belajar dari Banyumas, Pemkab Kutim Siapkan Lompatan Baru dalam Pengelolaan Sampah

Penulis : Salsabila
16 April 2025
Font +
Font -

KUTIM — Pemkab Kutim berkunjung ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Berbasis Lingkungan dan Edukasi (BLE) di Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (15/4/2025).

Kunjungan kerja ini dipimpin Wakil Bupati Kutim Mahyunadi, didampingi Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kutim Dewi Dohi.

Baca Juga: Calon Bupati Kutim Mahyunadi saat menghadiri agenda deklarasi Relawan Palopo For Army, Rabu 4 September 2024 (aset: Caca/katakaltim)Solusi Mahyunadi atas Problem Pengelolaan Sampah di Kutai Timur

Rombongan disambut hangat Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono, beserta Kepala DLH Banyumas Widodo Sugiri, dan jajarannya.

Baca Juga: Wakil Bupati Kasmidi Bulang, mewakili Pemkab Kutim menyerahkan bonus dengan total Rp1,5 Miliar bagi 25 atlet dan 4 pelatih asal Kutim yang berprestasi dalam PON XXI Aceh-Sumut 2024 (dok: caca/katakaltim)Luar Biasa! Pemkab Kutim Berikan Bonus Atlet Berprestasi di PON XXI Aceh-Sumut 2024, Total 1,5 Miliar

Apa yang mereka saksikan di sana bukan sekadar fasilitas pengolahan sampah. Mahyunadi menyebut kunjungan ini sebagai panggilan bagi Pemkab Kutim.

"Begitu saya sampai di sini, saya langsung merasakan perbedaan. Selama ini kita mengira pengelolaan sampah selalu identik dengan tempat yang kotor, tapi ternyata di Banyumas ini tempatnya cukup bersih dan teratur," ucapnya mengutip Pro Kutim.

TPST BLE Wlahar Wetan memang bukan TPST biasa. Fasilitasnya dirancang modern dan edukatif.

Tidak saja memproses sampah dari hulu ke hilir, tetapi menjadi tempat pembelajaran masyarakat mengenai pentingnya daur ulang, pengurangan limbah rumah tangga, hingga pengelolaan sampah berbasis komunitas.

Mahyunadi secara gamblang mengakui kondisi pengelolaan sampah di Kutim masih jauh tertinggal.

"Selama ini kita merasa sudah berusaha, tapi setelah melihat Banyumas, ternyata kita belum punya apa-apa. Karena itu kami tidak ingin mengulangi kesalahan dengan coba-coba. Kami ingin belajar dari yang sudah ahli," tegasnya.

Lebih dari sekadar studi banding, kunjungan ini menjadi upaya strategis. Pemkab Kutim menggali informasi detail mengenai teknologi alat, skema organisasi pengelola, hingga metode edukasi masyarakat yang telah diterapkan di Banyumas.

Targetnya jelas, membawa pulang inspirasi dan sistem kerja yang terbukti efektif.

Pun pengembangan infrastruktur TPST modern di Kutim belum bisa direalisasikan tahun ini, Pemkab Kutim memastikan perencanaan segera dimulai.

Tahun 2026 diharapkan menjadi tonggak pembangunan sistem pengelolaan sampah lebih profesional dan berkelanjutan.

"Kita akan ikuti contoh Banyumas. Tahun ini mungkin belum bisa terlaksana, tapi tahun depan insyaallah akan mulai dibangun. Kita ingin Kutim bersih, bahkan bisa raih Adipura," ujar Mahyunadi optimistis.

Sebagai bentuk solidaritas antardaerah, DLH Banyumas menyatakan siap mendampingi Kutim, baik melalui kunjungan langsung maupun koordinasi virtual.

Pendampingan ini dianggap penting agar implementasi sistem tidak saja berhenti pada dokumen perencanaan.

Widodo Sugiri dari DLH Banyumas menegaskan bahwa kolaborasi lintas wilayah sangat dibutuhkan dalam mewujudkan Indonesia yang lebih bersih.

"Sampah itu masalah semua daerah. Kalau satu daerah bisa jadi contoh, kenapa tidak dibagi ilmunya," jelasnya. (*)

Font +
Font -
# ePaper
Lebih Banyak >