Katakaltim — Kali ini katakaltim.com menyajikan torehan hati dan pikiran yang tidak biasa. Datang dari lubuk terdalam sang penulis.
Dia lah Sultan Musa. Warga asal Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar di berbagai platform media online dan media cetak Nasional maupun Internasional.
Karya-karyanya juga masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional dan Internasional.
Buku tunggalnya bertajuk “Titik Koma” nomine buku puisi unggulan Penghargaan Sastra 2021 Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur.
Dan puisinya terpilih di event "Challenge Heart and Art for Change" Collegno Fòl Fest Turin - ITALIA (2024).
Puisinya bahkan berhasil lolos kurasi dan dipamerkan pada event “Kalang Exhibition” gagasan Triaksara Pengairan, Kota Malang (2025).
Berikut puisi Sultan Musa:
'bukankah hanya sedikit ?' itu katanya
mengambil bukan hak telah membuka
setetes kehancuran terbungkus dosa
bersolek rapi nan tegas
- di balik meja ia telah mencuri
‘bukankah ini kesempatan ?' itu katanya
memilih jalan singkat berlimpah harta
namun tak menengok jelata sekitarnya
tangan gelapnya telah menggunting
janji moral serta amanah
- dalam senyumannya ia telah menipu
‘bukankah ini tak terlihat ?' itu katanya
menabur kebiasaan tanpa rasa malu
tampak tawanya menggema penuh serakah
konon selalu bergerak palsu
merasa pelakon tertinggi kehidupan
- pada sikapnya ia telah menjadi debu
yang nyata....
ia menghitung laba bersama budaya busuk
demi menggapai ambisi
dan tak terbayangkan....
ia menukar nurani bersama sikap tercela
hanya untuk jiwa basi
kenapa tak sudahi saja keserakahan ini ?
I
Perempuan yang sedang merakit
tubuh lagi, kelak yang dilahirkannya
kuat tanpa harus tumbang oleh badai
teriring mitos belum tentu bisa dipercaya
namun, ranum di setiap musim berlalu
selalu ada yang abadi dari
sepanjang hayat kasihnya
II
Perempuan yang belum selesai
dengan dirinya
meredam ramainya isi kepala
siapakah dia sesungguhnya ?
berkisah memanjakan diri
dibalik mereka yang tak paham
merajut kegelisahan menjadi
lukisan kehidupan
merangkai keseimbangan serupa
pelajaran hayat
…..benar – benar tidak paham
bahwa ketidaktahuan sumber
ketakutan
III
Perempuan pengelana pikiran
tempat dimana menyukai hujan
membuatnya menari dalam keteduhan
bertarung bila hanya gerimis;
karena ia hanya mempercepat kelam
dan berjalan lambat
dibingkainya langit sebagai
catatan musim yang terlipat
....ia hanya terombang - ambing
di antara tetap menikmati
atau pergi menjauh ?
-2024
: teruntuk Perempuan
sedang kulihat kembang bermekaran
menjemput sejuta impian tanpa lelah
disela melancarkan restu perjalanan
tanpa perlu takutnya jalan nan terjal
pun saling tersenyum
sudah kusaksikan kembang bermekaran
bercerita tentang suatu kehidupan
melukiskan diri sebagai seorang ibu
meski mulanya airmata mengalir
pun saling menumbuhkan
kupeluk syair ini adalah
mengabadikan kasihku atas kembang
ataupun sekedar menorehkan
akan ranumnya wangi kembang ini
sambil berbisik ;
berilah sedikit waktu agar kembang terus
bermekaran, pada lingkaran terdalam
atas nama cahaya jiwa
meski kelak akan layu berpulang dengan
jalan ranum yang berbeda-beda
dan hari ini, bila ada yang melihat tarian kembang sembari bermekaran
sampaikan 'doaku selalu teriring untuknya'
sejauh angin yang tiada penghujung
(maka kusebut mereka perempuan tanpa mendebat sebagai apa dalam kebesaran cinta-Nya, dan mereka tersenyum di sini…..di taman kehidupan tempat kembang beradu mekar)
Demikian puisi beberapa puisi mendalam Sultan Musa. Ingin berdialog dan mengembangkan potensi And di bidang puisi? Ikuti Instagram-nya, @sultanmusa97