SAMARINDA — 4 orang meninggal dunia dalam bencana longsor yang menimpa sejumlah rumah di Jl. Belimau, Gang Bulutangkis, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Senin 12 Mei 2025.
Menurut keterangan yang diterima, ada 4 rumah yang tertimpa longsor.
6 orang menjadi korban. 4 di antaranya meninggal dunia. Mereka dicari tim SAR selama 2 hari.
“Dengan ditemukannya 2 korban terakhir, operasi pencarian dan evakuasi dinyatakan selesai," ujar Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Balikpapan, Dody Setiawan dalam keterangannya, Selasa (13/5/2025).
2 korban terakhir yang ditemukan adalah NS Syakira (17) dan Syafitri (14), anak dari Hamdana (43).
Baca Juga: Kernel dan CPO Alami Kenaikan Harga, TBS di Bumi Etam Ikut Merangkak
Mereka ditemukan pada Selasa (13/5/2025), tertimbun tanah di kedalaman sekitar 7 hingga 8 meter.
Nurul Syakira dikabarkan tertidur saat longsor, terlihat dari jasadnya yang ditemukan masih berselimut dan dengan guling di sampingnya.
Korban pertama hari ini ditemukan pukul 10.45 Wita. Selang 15 menit, korban kedua ditemukan tak jauh dari lokasi yang sama.
Keduanya langsung dievakuasi ke RSUD Abdoel Wahab Sjahranie untuk penanganan medis dan diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan.
Dari penemuan itu, total korban meninggal dunia menjadi 4 orang, Hamdana (43), bersama tiga orang anaknya, Nasrul (25), Nurul Syakira (17), dan Syafitri (14).
2 orang lainnya, Tajudin (45) dan Sarul (22), berhasil selamat setelah lebih dulu menyelamatkan diri sebelum rumah mereka runtuh.
Koordinator Tim SAR Samarinda, Mardi Sianturi, menjelaskan metode evakuasi yang diterapkan demi meminimalkan risiko terhadap tim pencari.
Mereka menggunakan ekskavator bertonase rendah untuk membuka akses secara bertahap, sebelum mengerahkan alat berat yang lebih besar.
"Pencarian korban ketiga dan keempat sempat terkendala oleh minimnya penerangan pada malam hari," jelas Mardi.
Tim SAR menggunakan peralatan modern seperti drone thermal, rescue car D-Max, perlengkapan ekstrikasi, dan alat komunikasi.
Namun medan yang sulit dan ancaman longsor susulan menjadi tantangan selama proses pencarian berlangsung.
Mardi mengungkapkan pencarian melibatkan berbagai unsur, mulai dari Basarnas, BPBD, TNI, Polri, relawan, dan masyarakat sekitar.
"Strategi kami fokuskan pada area-area kritis, mulai dari belakang hingga ke depan rumah korban, tanah sangat labil, jadi pendekatan kami harus ekstra hati-hati, sehingga kita melibatkan semua pihak mulai dari TNI, Polri hingga Masyarakat," pungkasnya.
Diketahui, longsor diduga akibat curah hujan deras yang mengguyur Samarinda selama 2 hari berturut-turut, 11 hingga 12 Mei 2025.
Akibatnya, struktur tanah di pemukiman tersebut tak mampu menahan beban, hingga menyebabkan longsor besar pada dini hari. (*)