Dibaca
7
kali
Legislator Samarinda, Samri Shaputra, geram atas tindakan penyebaran data KTP wartawan oleh akun anonim.

DPRD Samarinda Singgung Pelaku Doxing Terhadap Insan Pers

Penulis : Salsabila
23 May 2025
Font +
Font -

SAMARINDA — Legislator Samarinda, Samri Shaputra, geram atas tindakan penyebaran data KTP wartawan oleh akun anonim.

Ia menilai bahwa peristiwa ini merupakan bentuk intimidasi terhadap kebebasan berekspresi yang seharusnya dilindungi.

Samri melontarkan pernyataannya itu usai mengetahui praktik doxing terhadap Achmad Ridwan, pendiri Selasar.co.

Baca Juga: Anggota DPRD Kota Samarinda, Maswedi, (dok: istimewa)Legislator Samarinda Angkat Bicara Soal Pemerataan Pembangunan

Insiden ini terjadi usai Ridwan mengunggah video monolog.

Baca Juga: Sri Wartini, Plh Kepala Dispora Kaltim (aset: puji/katakaltim)Sri Wartini Serukan Sportivitas di Kejuaraan Basket 3x3

Dia menyuarakan kritik terhadap maraknya perundungan digital terhadap konten kreator kritis, seperti Kingtae.life.

“Ini intimidasi digital berbahaya, yang berpotensi membungkam suara-suara kritis,” ujar Samri kepada awak media, Jumat 23 Mei 2025.

Bukan Pertama Kali Terjadi

Pola serangan semacam ini bukan kali pertama kali. Samri menilai, kritik atas kebijakan publik sering dibalas narasi negatif.

Bahkan aksi doxing yang tentu saja merusak ruang-ruang demokrasi.

“Setiap kritik selalu dibarengi dengan upaya pembunuhan karakter. Padahal demokrasi menuntut ruang terbuka untuk perbedaan pendapat,” tandasnya.

Untuk itu, dirinya kecewa terhadap pihak yang justru menyalahartikan fungsi pengawasan DPRD sebagai tindakan menyerang.

Menurut dia, kritik merupakan bagian dari kerja-kerja Wakil Rakyat yang sah.

“Fungsi kami jelas, mengawasi dan memberi masukan,” tandasnya. “Jika kami aktif, dibilang menyerang. Kalau kami diam, dianggap tidak bekerja. Ini menunjukkan miskonsepsi dalam memaknai demokrasi,” sambungnya.

Desak Aparat

Lebih jauh, Samri benar-benar mendesak aparat penegak hukum mengusut tuntas pelaku doxing.

Dia bahkan memberi penemuan bahwa pentingnya perlindungan terhadap individu.

Yaitu mereka yang menyampaikan pendapat mereka secara sah dan tidak menimbulkan konflik.

“Jika praktik seperti ini terus dibiarkan, kita sedang membentuk budaya takut. Ini sangat berbahaya dan akan merusak tatanan demokrasi,” tutupnya.

Dia berharap semua pihak tetap mencintai demokrasi dengan keterbukaan pemikiran dan dialog yang mengedepankan kemanusiaan. (Adv)

Font +
Font -
# ePaper
Lebih Banyak >