Katakaltim - Menteri Warisan Israel, Amichai Eliyahu kembali menuai kontroversi usai menyebut bulan Ramadan seharusnya dihapuskan. Eliyahu menyerukan untuk menghapus Ramadan karena eskalasi Israel-Palestina kerap terjadi selama bulan tersebut.
Politikus dari partai ekstremis, Otzma Yehudit itu mengaku pihaknya takut dengan potensi eskalasi di Tepi Barat dan Jalur Gaza pada bulan Ramadan 1445 H. Ramadan tahun ini bagi bangsa Palestina kemungkinan akan diperingati di tengah serangan Israel yang telah membunuh lebih dari 30.000 jiwa.
"Apa yang disebut bulan Ramadan ini harus dihapuskan, maka ketakutan kami atas bulan ini juga akan hilang," kata Eliyahu kepada Israel Army Radio via New Arab, Jumat (1/3/2024) lalu.
Pernyataan Eliyahu tersebut dikecam oleh Council on Muslim-American Relations (CAIR). Wakil Direktur Eksekutif CAIR Edward Ahmad Mitchel mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengeam Eliyahu.
Baca Juga: Israel Darurat Psikiater, Ribuan Tentara Alami Stres Dampak Perangi Hamas
"Sekali lagi, seorang pejabat pemerintah Israel secara terbuka menyuarakan pernyataan genosida yang luput dikutuk oleh pemerintahan Biden. Cukup, sudah cukup," kata Mitchell.
"Pemerintah Israel terus berteriak kepada semua orang yang mau mendengarkan bahwa mereka meluncurkan perang terhadap seluruh penduduk Palestina, termasuk simbol-simbol kebudayaan mereka, dari gereja, masjid, hingga Ramadan sendiri," lanjutnya.
Sebelumnya, sebulan dari dimulainya serangan Israel ke Gaza, Eliyahu juga memicu kontroversi usai menyebut Israel berkemungkinan menjatuhkan bom nuklir di Gaza.
Eliyahu juga menolak keras pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Ia menuduh warga biasa Palestina sebagai "Nazi" dan menyebut bahwa "tidak ada sesuatu seperti warga sipil tak bersalah di Gaza."
Selain itu, Eliyahu mendukung Israel untuk merebut Jalur Gaza dan membuat permukiman di sana. Politikus Israel itu mengaku tidak mau tahu mengenai nasib warga Palestina jika diusir dari Gaza.
"Mereka bisa pergi ke Irlandia atau ke gurun, monster-monster di Gaza harus mencari solusi sendiri," kata Eliyahu saat diwawancara Radio Kol Berama, 4 November 2023.