Kutim — Pembina Ikatan Keluarga Toraja (IKAT) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) Novel Tyty Paembonan mengaku merasa bangga berdampingan dengan masyarakat lokal.
Legislator Kutim itu mengatakan selama dirinya menginjakkan kaki di Kutim, tidak pernah merasa terganggu. Karena warga Toraja hidup berdampingan dan saling menopang dengan masyarakat lokal.
Baca Juga: Peringati May Day, Ratusan Buruh Unjuk Rasa di Gedung DPRD Kutim
Lebih lanjut ia menyampaikan IKAT juga selama ini kerap melakukan program-program yang berkontribusi kepada masyarakat Kutim secara umum.
“Selama ini, saya sebagai warga Toraja merantau ke Kutim, kemudian hidup berdampingan bersama dengan masyarakat lokal di sini, baik masyarakat Kutai, Dayak, Banjar, dan suku-suku lain dari seluruh Indonesia, sampai hari ini kami merasa bahwa kami senang dan kami bersyukur bisa hidup berdampingan, saling menghargai, mendukung, menopang, saling membantu,” ucapnya kepada katakaltim, Rabu 12 Juni 2024.
“Termasuk juga program-program masyarakat Toraja dalam wadah Ikatan Keluarga Toraja itu juga tidak hanya melayani masyarakat Toraja, tetapi juga melayani masyarakat Kutai Timur secara umum,” sambungnya.
Disinggung terkait peristiwa yang terjadi antara masyarakat lokal di Kota Bontang dengan masyarakat Toraja, tepatnya di Kanaan, Novel sangat menyayangkannya.
“Itulah kita sayangkan. Mungkin ada satu hal yang menurut saya komunikasi yang tidak jalan. Kalau saja itu dikomunikasikan secara baik, saya kira hal-hal itu tidak akan terjadi,” terangnya.
Novel lebih lanjut menegaskan hingga saat ini IKAT sebagai lembaga kemasyarakatan tetap harmonis dengan agama serta suku lainnya. Bahkan, masyarakat lokal selalu membantu IKAT ketika menggelar kegiatan.
“Sampai hari ini, masyarakat Toraja yang jadi bagian dari masyarakat IKAT yang pernah berkomunikasi, bercerita dengan saya, mereka melihat bahwa wadah IKAT sampai hari ini sudah berjalan dengan baik pada tatanan dia sebagai lembaga sosial kemasyarakatan,” katanya.
“Masyarakat lokal juga banyak membantu masyarakat Toraja dalam hal misalnya pesta syukur, nikah dan lain-lain, kemudian juga acara kedukaan, kematian, dan berbagai hal lainnya itu sudah cukup baik. Kutim ini sangat aman,” pungkasnya. (*)