KUTIM — Kontribusinya untuk Kutai tak dapat diragukan lagi. Bahkan ia mengabdi sejak tahun 1982 sebagai guru di salah satu sekolah swasta.
Hingga pada tahun 1992, ia beralih sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) selama 6 tahun hingga 1998.
Dia adalah Ardiansyah Sulaiman. Pria kelahiran Muara Pahu, Kutai Barat ini tertarik terjun ke dunia politik saat usianya memasuki 34 tahun.
Baca Juga: Pemkab Kutim Berikan Penghargaan kepada Guru dalam Peringatan HGN
Ardiansyah lalu mencoba ikut nyaleg pada pemilu 1999. Ia langsung terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Kutai saat itu.
Karier politiknya terbilang cemerlang. Saat Kutai Timur terbentuk, ia kemudian berpindah menjadi anggota DPRD Kutai Timur, sejak tahun 2000.
Ardiansyah tak menahan naluri politiknya, ia kemudian nyaleg lagi pada pileg 2004 di Kutai Timur, dan hasilnya ia terpilih lagi untuk periode 2004-2009.
Karier moncer di legislatif membuat pasangan dari Siti Robiah itu memilih untuk nimbrung ke Eksekutif sebagai kepala daerah.
Ia dipilih sebagai Wakil Bupati Kutai Timur pada tahun 2009 untuk sisa masa jabatan periode 2005-2010.
Ardiansyah kemudian ikut pilkada 2010 dan terpilih lagi sebagai Wakil Bupati Kutai Timur periode 2010-2015. Pada 2015, Ardiansyah naik pun kelas menjadi Bupati Kutai Timur hingga 2016.
Sempat jeda sebagai kepala daerah sejak tahun 2016. Pria yang kini berusia 60 tahun itu kembali mencalonkan diri dalam Pilkada Kutai Timur tahun 2024.
Hasilnya, ia memenangkan kontestasi pesta demokrasi lima tahunan itu bersama pasangannya Mahyunadi untuk periode 2025-2030.
Kamis, 20 Februari 2025 Ardiansyah resmi dilantik sebagai Bupati Kutai Timur periode 2025-2030 oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara.
Bagi sosok yang dikenal humble ini, mengaku punya semangat yang tidak luntur untuk berkontribusi pada kemajuan Kutim melalui jalur politik.
Senada dengan pandangan filsuf ternama asal Yunani, Aristoteles. Bahwa manusia adalah Zoon Politicon, atau makhluk berpolitik.
Aristoteles mendefinisikan politik sebagai jalan transformasi sosial. Di mana segala praktik kehidupan sosial diatur oleh politik melalui pemerintahan dan kebijakan publik.
Ardiansyah Sulaiman juga berpandangan demikian. Katanya, karena manusia adalah makhluk sosial, maka ia tidak bisa hidup sendiri, harus hidup bersama dengan manusia dan makhluk lainnya.
“Nah salah satu jalurnya adalah bagaimana satu sama lain itu saling memahami, saling berkontribusi, saling memengaruhi dan itu kalau di dalam ilmu pengetahuan di situ lah manfaatnya jalur politik," urai Ardiansyah seraya menerangkan Katakaltim saat ditemui di ruangannya, Kamis 30 Januari lalu.
Ardiansyah menyampaikan alasannya betah berkecimpung dalam politik lokal Kutai Timur.
Menurutnya untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi sejak dahulu dirinya memiliki kesempatan. Tapi ia hanya ingin fokus mengemban amanah yang dimilikinya saat ini.
"Yang akan menilai (maju ke gelanggang Pilgub-red) situasi yang akan mendatang, sekarang saya tidak berpikir itu. Yang penting tugas saya sekarang berjalan dengan baik. Apalagi saya sudah lama di Kutai Timur," tuturnya.
Menurut dia, selama manusia memiliki hawa nafsu, peluang untuk memiliki sesuatu yang lebih akan menemukan jalannya sendiri.
"Intinya mengalir aja, ibaratnya kalau kita dayung cepat, ilmu kita banyak yang terbuang. Tapi kalau mengalir, bisa santai membaca situasi. Ketimbang menentang arus, capek," ujarnya.
Menurutnya, kalimat Khoirunnas anfauhum linnas, yang berarti sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, merupakan kalimat motivasi dan pegangan dia dalam menjalankan 26 tahun amanat rakyat Kutai.
Sebelum terjun ke dunia politik, Ardiansyah Sulaiman merupakan guru swasta kemudian menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil.
Menilik riwayat pendidikannya, Ardiansyah adalah lulusan Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mulawarman (Unmul) pada tahun 1990 dan Magister Ilmu Ekonomi Sosial di Universitas Mulawarman pada tahun 2010.
Hal tersebut membuat Ardiansyah bergitu akrab dengan buku dan hal-hal yang berkaitan dengan literasi. Memang dia adalah seorang kutu buku.
Ia menceritakan, membaca merupakan hobi yang berubah menjadi kewajiban dalam rutinitasnya sejak duduk di bangku SMP.
"Gak berani ngomong berapa jumlahnya, yang jelas buku-buku yang saya beli dulu sekarang enggak ada lagi karena dipinjam orang. Bisa bayangkan dulu saya mulai mulai SMP itu wajib beli buku sampai selesai perguruan tinggi. Minimal 1 bulan itu satu buku," ucapnya.
Ia juga mempunyai keinginan memiliki perpustakaan pribadi yang besar, namun tak kunjung sampai.
"Cuma itu tadi, buku-bukunya dipinjam orang lain enggak kembali. Tapi saya suka buku itu di baca orang lain, kan dapat pahala gitu,” katanya.
”Kalau ditaruh di perpustakaan sendiri orang enggak datang hanya kita yang baca. Akhirnya tempat yang saya buat itu bukunya kosong hanya hanya arsip sendiri," terangnya.
Ardiansyah muda merupakan seorang pujangga dengan karya puisi dan cerita pendek yang kerap diterbitkan di Koran Manuntung. Koran yang begitu populer di masanya kala itu.
Dibayar dengan harga Rp60.000 per tulisan, dikatakan sebagai sesuatu yang membanggakan bagi Bupati Kutim di masa mudanya itu.
"Cuman sayang karya-karya itu tidak saya bukukan," sesalnya.
Selain penyair, ia juga merupakan penikmat musik dan lihai memetik gitar.
Ardiansyah menyebut musik yang disenanginya adalah irama bossa nova juga jazz, sementara penyanyi yang diidolakan adalah Chrisye, dan grup musik Koes Plus.
Selain aktif dalam pemerintahan, Ardiansyah juga memiliki rekam jejak panjang dalam berbagai organisasi, baik di bidang keagamaan, kepemudaan, maupun sosial.
Beberapa organisasi yang pernah ia ikuti antara lain, Ikatan Pelajar Muhammadiyah Samarinda, KNPI Samarinda, Pusat Studi Islam Mahasiswa Universitas Mulawarman, Forum Resensi Buku Kaltim, Persatuan Olahraga dan Seni (PORSI) Samarinda dan Ikatan Da’i Indonesia Kutai Timur.
Ia juga aktif pada organisasi Jaringan Sekolah Islam Terpadu Yayasan Pembina Muslim Daarussalaam. Di ranah politik, Ardiansyah aktif di Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Kutai Timur, Sekjen PKS Kutai Timur, serta Sekretaris Dewan Pimpinan Tingkat Wilayah (DPTW) PKS Kalimantan Timur. (Caca)