
KUBAR — Bupati Kutai Barat (Kubar), Frederick Edwin resmi membuka Festival Dahau dalam rangka memperingati Hari Jadi Kubar ke-26 di Taman Budaya Sendawar, Barong Tongkok, Kamis 23 Oktober 2025.
Pembukaan ditandai dengan pemukulan gong oleh Bupati Kubar didampingi, Wakil Bupati, Nanang Adriani, Ketua DPRD Kubar, Ridwai, Dandim 0912/KBR, Letkol Doni Fransisco dan Plt.Kadis Pariwisata, FX Sumardi.
Bupati Kubar, Frederick Edwin dalam sambutannya menyebutkan perayaan HUT Kubar ke-26 merupakan wujud raya syukur serta refleksi atas perjalanan pembangunan, kebersamaan dan kekayaan budaya yang dimiliki.
Tahun ini, kata Frederick Edwin, Festival Dahau mengusung tema 'Harmoni Kebersamaan dalam Budaya'. Tema ini mengandung makna keberagaman suku, adat dan tradisi Kutai Barat adalah kekuatan besar.
"Melalui harmoni Kebersamaan dalam budaya, kita belajar menghargai perbedaan, memperkuat persatuan dan menjaga nilai-nilai warisan luhur,"
Baca Juga:
Istri Eks Bupati Kubar Ajak Masyarakat Mendukung Paslon FENA
Menurutnya, budaya bukan hanya identitas, tapi juga menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa depan.
Rangkaian kegiatan tahun ini, diawali dari pameran, olahraga tradisional, pentas seni dan bhakti sosial.
"Hal ini patut kita apresiasi, karena merupakan wadah bagi kita semua, untuk memperkuat rasa kebersamaan dan menumbuhkan kebanggaan terhadap jati diri Kutai Barat yang kaya akan nilai-nilai budaya," ungkapnya.
Frederick Edwin berharap agar kegiatan Festival Dahau tidak hanya ajang seremoni atau euforia belaka. Namun harus menjadi ruang refleksi dan kebangkitan atas nilai-nilai budaya yang diwariskan leluhur.
"Semangat kebersamaan, gotong royong dan rasa syukur, menjadi jiwa tradisi dari Dahau, harus kita hidupkan dalam kehidupan sehari-hari," terangnya.
Tambah Frederick Edwin, kegiatan Dahau tahun ini diharapkan mampu memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Termasuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan memperkuat sektor pariwisata budaya.
Kepada generasi muda, ia berpesan supaya menjadi pewaris dan pelestari budaya daerah. Arus moderenisasi diharapkan tidak mengikis nilai-nilai adat dan tradisi.
"Gunakan kemajuan teknologi dan media sosial untuk memperkenalkan budaya Kutai Barat kepada dunia, dengan cara yang kreatif serta positif," pesannya. (Jantro)