Ilustrasi. Konon dalam cerita rakyat Kaltim Asal Usul Sepinggan karena adanya peristiwa perjalanan Aji Tatin. (aset: wahid/katakaltim.com)

Cerita Rakyat Kaltim: Asal Usul Sepinggan Versi Paidah, Masyarakat Paser

Penulis : Redaksi
4 December 2024
Font +
Font -

PASER — Sekarang redaksi akan menyajikan sejumput cerita rakyat dari Bumi Etam. Cerita ini sebagaimana tersadur dari karya terbitan Kemendikbud, “Serpihan Cerita Rakyat Kalimantan Timur”, yang dikutip pada Rabu (04/12/2024). Berikut ceritanya.

Dikisahkan bahwa ganasnya gelombang selat Makassar tidak dapat diprediksi oleh rombongan Aji Tatin.

Aji Tatin diketahui merupakan putri Raja Pasir Aji Muhammad dalam legenda asal-usul nama Kota Balikpapan. Aji Tatin menikah dengan seorang bangsawan dari Kesultanan Kutai.

Usaha yang dilakukan Aji Tatin dan suaminya menjadi sia-sia belaka karena ganasnya gelombang laut.

Seribu papan yang dibuatnya dari pohon pilihan yang tumbuh di Tanah Balik untuk dikirimkan ke kerajaan Kutai terberai dan hanyut tersapu gelombang.

Kapal Aji Tatin yang mengangkut papan bantuan untuk pembangunan istana Kutai pun tak kuasa menahan terjangan gelombang. Musibah ini sungguh memilukan buat Aji Tatin dan keluarganya.

Selain kehilangan kapalnya yang tenggelam, ia juga kehilangan seribu papan yang dikumpulkannya dengan susah payah. Semua papan tersapu gelombang yang tidak mungkin dapat dihentikan oleh manusia.

Semua yang ada di kapal hanya bisa pasrah kepada yang kuasa sembari berdoa agar diberi keselamatan dan dapat melewati musibah tersebut dengan tegar.

Para anak buah kapal pun tercerai saat kapal pecah dihantam gelombang. Kekuatan fisik anak buah kapal saat berenang tidaklah perlu diragukan lagi. Mereka lahir dan besar di laut. Laut adalah tempat mereka lahir.

Laut adalah tempat mereka bermain. Laut adalah tempat mereka mencari makan, dan bahkan laut adalah tempat mereka mati.

Namun, gelombang besar yang menghancurkan kapal itu menyiutkan nyali mereka. Wajah-wajah keluarga yang mereka tinggalkan silih berganti hadir di saat-saat mencekam.

Wajah-wajah istri, anak-anak, orang tua, atau juga kekasih mereka menghadirkan semangat untuk bertahan dan kembali. Setelah badai reda, sebagian anak buah kapal itu ter dampar di pantai di daerah Tanah Balik.

Mereka yang selamat memanfaatkan apa saja yang terapung untuk menopang tubuh mereka yang lemah dan kedinginan. Mereka bertahan di atas potongan papan yang terapung.

Atas kuasa Tuhan yang Mahakuasa, para anak buah kapal yang terdampar di sepanjang pantai di daerah tanah balik ditemukan oleh penduduk setempat.

Pada saat itu beberapa warga Paser Balik sedang melaksanakan sempolo atau berladang secara gotong royong di sekitar pantai.

Warga Paser Balik adalah orang-orang yang murah hati. Mereka menolong para anak buah kapal yang terdampar di pantai dengan tulus
ikhlas.

Sebagian bekal makanan para peladang tersebut dibagikan kepada anak buah kapal yang sedang kelaparan.

Mereka semua makan dari piring yang sama atau satu piring. Satu piring
dalam bahasa Paser artinya sepinggan.

Sejak saat itu daerah tempat peladang dari suku Paser Balik yang menolong anak buah kapal Aji Tatin yang tenggelam tersebut diberi nama
Sepinggan. (*)

Font +
Font -