BALIKPAPAN — Pemkot Balikpapan melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Balikpapan menargetkan penamaan mangrove di sepanjang 81 Kilometer (Km) kawasan teluk Balikpapan. Penanaman dibibir pantai ini menggunakan teknik Buispot BG atau dengan dinding beton.
Kabid Tata Lingkungan dan Perlindungan Sumber Daya Alam DLH Balikpapan, Arizal Rahman mengatakan, penanaman mangrove dikawasan sepanjang Pantai di Kota Balikpapan sangat dibutuhkan terutama di daerah pesisir.
Baca Juga: Kapten OSNBC, Pembinaan Olahraga di Kaltim Harus Ditingkatkan Sejak Dini
“Masalahnya, dalam penanaman mangrove di bibir Pantai ini tidak mudah, karena kita sudah beberapa cara menanam saja tiba-tiba besoknya sudah larut terbawa arus sungai dan kadang ada juga terbawa sampah,” ucapnya, Rabu (4/9/2024).
Baca Juga: DLH Balikpapan Minta Peran Aktif Warga Wujudkan Kota Hijau
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Balikpapan, katanya, dalam penanaman ini bekerjasama dengan Pelopor Mangrove Agus Bei yang sudah berhasil melakukan penanaman di kawasan perairan SMPN 25 Balikpapan.
“Alhamdulillah dengan kantong lumpur, tumbuhnya juga bagus. Tapi memang kondisi itu tidak cocok untuk di pesisir pantai,” jelasnya.
Dan khusus untuk penanaman di bibir Pantai ini, katanya, dilakukan dengan menggunakan teknik Buispot BG atau dengan dinding beton saat penanaman anakan pertama mangrove.
“Teknik ini yang dipakai juga sama Pak Agus Bei, dan sangat cocok untuk melawan arusnya, agar tanamannya bisa dihidupkan dulu. Kemudian, nanti akarnya akan menjuntai ke bawah,” ucapnya.
Dikatakannya, untuk penanaman mangrove ini, ditargetkannya tertanam di sepanjang teluk Balikpapan.
“Kalau target mangrove, dia punya habitat sendiri. Habitat rawa dan pesisir, jadi areanya pesisir Balikpapan mungkin di sepanjang 81 Km dari teluk sampai pesisir laut Teritip. Nah itu yang kita fokus tanami dan mungkin juga akan menambal di bagian dalam,” tegasnya.
Arizal menambahkana, target penamaan mangrove di kawasan pesisir tersebut tidak menggangu rencana Pemkot Balikpapan membangun coastal area.
“Coastal area itu masih ada revisi, tetap harus ada pulau di tengahnya. Nah pulau itu yang kita tanami mangrove ini, jadi nanti coastal area bentuknya seperti jembatan kayak di Jakarta Utara. Jadi tidak ada pengaruh dengan pembangunan tersebut,” ungkapnya.
Tanam Ribuan Mangrove
Dikatakannya, DLH Kota Balikpapan terus melakukan upaya pelestarian lingkungan, terutama di kawasan kritis mulai dari kawasa hutan hingga pesisir Pantai. Dan DLH sendiri sudah melakukan penanaman sebanyak 3.785 pohon dan 1.000 bibit mangrove.
“Bila tidak dilakukan konservasi, ancaman krisis air bersih dan banjir bisa terjadi di Balikpapan. Jadi supaya pohon tetap ada dan tumbuh, pemeliharaan perlu dilakukan dan mengadakan reboisasi. Supaya cadangan air tetap ada dan mencegah banjir,” jelasnya.
Arizal menyatakan, reboisasi rutin dilakukan setiap tahunnya bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat, khususnya di lahan kritis milik pemkot. Sedangkan, lahan milik masyarakat diserahkan kepada pemilik karena digunakan sesuai kebutuhannya.
“Kami bisa juga tanam di lahan masyarakat, dengan izin dan tanya dulu pemiliknya. Bagi yang mau, kami segera tanam. Lalu dampaknya bisa dinikmati menjadi hutan kota,” tuturnya.
Kemudian bagi kawasan hutan lindung yang telah menjadi korban kebakaran, maka akan ditanami kembali pohon. Seperti pada 2021 dengan luas 60 hektare, ditanam 13.992 pohon. Pada 2022 lalu, sebanyak 86.190 pohon ditanam di lahan seluas 185 hektare. Dan, hingga Juli telah ditanam 3.785 pohon.
Kemudian untuk kawasan pesisir pantai, Kelurahan Teritip telah mengalami degradasi pesisir, akibat terjadi penumpukan sedimen pasir dari laut hampir mencapai 9 hektare. Dampaknya, pohon mangrove tidak bisa tumbuh dan mati.
“Upayanya tahun ini tanam pohon mangrove kembali dengan melakukan penelitian bibit pohon mangrove apa yang cocok ditanam oleh aktivis lingkungan. Mereka bekerja sukarela,” pungkasnya.
Adapun pohon mangrove yang cocok untuk ditanam yakni jenis Rizhopora mucronata sebanyak 1.000 bibit. Pesisir, kata dia, akan menjadi perhatian supaya sedimen tidak makin meningkat.
“Pemilik tambak di pesisir pantai juga mengantisipasi sendiri. Mereka buat tanggul lebih tinggi supaya ombak yang membawa pasir tidak sampai ke tambak mereka,” tutupnya. (*)