Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar usai meresmikan Pusat Plasma Nutfah Nasional di Kelurahan Mentawir, Penajam Paser Utara (PPU), Selasa (15/10/2024) (aset: hilman/katakaltim)

Dukung Konsep Kota dalam Hutan, KLHK Resmikan Pusat Plasma Nutfah Nasional di PPU

Penulis : Hilman
16 October 2024
Font +
Font -

NUSANTARA, katakaltim.com — Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar resmikan Pusat Plasma Nutfah Nasional di Kelurahan Mentawir, Penajam Paser Utara (PPU), Selasa (15/10/2024) kemarin.


Baca Juga: Groundbreaking istana WapresKH Ma'ruf Amin Groundbreaking Istana Wapres 'Huma Betang Umai'

Pembangunan Pusat Plasma Nutfah Nasional yang menyatu dengan pusat persemaian sangat mendukung dan sejalan dengan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang mengusung konsep kota di dalam hutan (forest city).

Konsep ini untuk memastikan kelestarian lingkungan dengan minimal 70 persen kawasan hijau serta menyeimbangkan ekologi alam, kawasan terbangun dan sistem sosial secara harmonis.

Dalam mendukung pembangunan Forest City IKN yang 70 persen arealnya adalah hutan, KLHK telah membangun persemaian Mentawir seluas 120 hektar, dengan area persemaian dan bangunan sekitar 32,5 hektar yang dapat memproduksi bibit lebih kurang 15-20 juta per tahun.

Kementerian LHK tengah berupaya melakukan transformasi lahan IKN yang semula merupakan kawasan Hutan Industri menjadi Hutan Tropis Kalimantan.

Katanya, pemerintah akan terus merehabilitasi hutan dan lahan serta pemulihan lingkungan. Produksi berbagai jenis tumbuhan lokal dan atau endemik Kalimantan yang dihasilkan dari Persemaian Mentawir akan ditanam pada areal yang menjadi lokus target rehabilitasi.

“Dengan demikian, saya menaruh keyakinan dan harapan besar bahwa pada wilayah-wilayah yang direhabilitasi akan hadir Kembali biodiversitas hutan hujan tropis Kalimantan,” Siti Nurbaya, ditemui usai meresmikan Pusat Plasma Nuftah Nasional.

Dari aspek pengelolaan keanekaragaman hayati, katanya, KLHK telah mendesain keterhubungan habitat spesies satwa liar melalui konsep koridor hidupan liar/koridor ekologis.

“Kita ingin bahwa IKN ini akan menjadi kota yang disukai dan dinikmati oleh kita termasuk hidup berdampingan dengan hidupan liar lainnya secara harmoni (living in harmony with nature),” ucapnya.

Pusat Plasma Nutfah ini akan terbagi menjadi tiga komponen utama yaitu biobank yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan plasma hewan.

Kemudian seedbank, untuk penyimpanan plasma tumbuhan, serta hub center untuk menghubungkan berbagai fasilitas koleksi SDA hayati yang ada di seluruh wilayah Nusantara, dan memfasilitasi komunikasi dan kerjasama teknis antar Lembaga terkait.

Plasma nutfah, kata dia, memainkan peran penting dalam mendukung inovasi dan keberlanjutan berbagai sektor seperti sumber variasi genetik, konservasi keanekaragaman hayati, penelitian dan pengembangan, ketahanan pangan serta pengembangan obat dan bioteknologi.

“Pusat plasma nutfah yang dibangun di Mentawir ini merupakan pusat plasma nutfah yang pertama dibangun di Indonesia yang akan dipergunakan untuk menyimpan berbagai jenis bahan genetik baik tumbuhan maupun satwa prioritas dari seluruh wilayah Indonesia,” tegasnya.

KLHK juga tengah mengembangkan pendekatan teknologi dalam upaya konservasi berupa Pusat Assisted Reproductive Technology (ART) dan Biobank di SKHB IPB, melalui Kerjasama KLHK dengan IPB University.

Bertujuan untuk menjadi penyedia bahan-bahan koleksi Biobank satwa prioritas di Pusat Plasma Nutfah Nasional di Mentawir.

Begitu juga halnya dengan pengembangan Seedbank bersama Universitas Gajah Mada (UGM), dan pendekatan teknologi yang dikembangkan Perguruan Tinggi lainnya.

“Penerapan sains dan teknologi baru seperti ART dan Bio Banking untuk mendukung peningkatan populasi satwa liar dan meningkatkan kualitas keanekaragaman Genetik juga menjadi salah satu cara yang kita terapkan untuk meningkatkan populasi Badak Sumatera dan spesies prioritas lain,” terangnya.

“Penggunaan teknologi ART, Bio Banking, Seedbank menjadi solusi untuk menekan laju kepunahan spesies,” sambung dia.

Siti Nurbaya berharap nantinya Pusat Plasma Nutfah Nasional ini dapat dipergunakan secara optimal untuk kemajuan riset dan teknologi, serta inovasi di Indonesia khususnya dibidang bioteknologi.

“Saya juga berpesan agar fasilitas ini bisa dirawat, dipelihara dan dimanfaatkan secara optimal guna konservasi hidupan liar dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,” tukasnya.

Sementara, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE), Satyawan Pudyatmoko mengatakan, kegiatan Pembangunan Pusat Plasma Nutfah Nasional merupakan Prioritas dan menjadi target kinerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2024.

“Kegiatan ini dimulai pada tahun 2022, diawali dengan penyusunan Konsep Desain pembangunan Pusat Plasma Nutfah Nasional bekerja sama dengan IPB. Kemudian pada tahun 2023, melakukan penyiapan dokumen Feasibility Study dan Master Plan,” katanya.

Kemduain pada 2024, penyusunan Detail Engineering Design dan rancang bangun pembangunan Pusat Plasma Nutfah Nasional di Mentawir yang dimulai dengan kegiatan groundbreaking pada hari ini.

Pembangunan Pusat Plasma Nutfah Nasional ini dibagi menjadi 4 zona yaitu Zona A (Kawasan Utama, terdiri dari: Biobank, Seedbank, Hub Center, dan Kantor Pendukung), Zona B (Perkampungan Tradisional), Zona C (Kawasan Wisata Edukasi dan Rekreasi), dan Zona D (Kawasan Pendukung Untuk Aktivitas Publik).

“Pendekatan teknologi dalam upaya konservasi juga terus kami kembangkan, misalnya ART dan Biobank, yang pengembangannya dilakukan melalui Kerjasama KLHK dengan IPB, tepatnya di Sekolah Kedokteran Hewan IPB. Pusat ART dan Biobank Nasional ini sangat mendukung dan relevan dengan Pusat Plasma Nutfah Nasional di Mentawir,” ungkapnya.

Pusat ART dan Biobank di SKHB IPB dapat mendukung material koleksi Biobank Fauna dan menjadi media kerjasama para ahli ART dan Biobank nasional dan internasional, dalam pengembangan metoda dan teknologi terkini serta untuk preservasi material biologi dan genetik satwa terancam punah Indonesia yang mutakhir.

Pada akhirnya berkontribusi terhadap pencegahan kepunahan spesies satwa di Indonesia melalui preservasi materinya di Pusat Plasma Nutfah Nasional di Mentawir.

“Begitu juga halnya dengan pengembangan teknologi Seed Bank yang terus dikembangkan UGM tepatnya di Fakultas Kehutanan. Pembangunan ini diharapkan berperan sebagai wadah koleksi plasma nutfah Indonesia, wahana edukasi, dan riset kehati Indonesia, center of excellence aplikasi teknologi reproduksi, menjadi hub training dan kerjasama dalam pengembangan dan pemanfaatan ART, Biobank, Seed Bank, serta sebagai pusat data dan informasi plasma nutfah Indones,” tutupnya. (*)

Font +
Font -