Dibaca
44
kali
Hutan Lindung Wahea, di Desa Nehas Liah Bing, Muara Wahau, Kutim, menjadi salah satu objek wisata di Kutim yang tak jarang dikunjungi (dok: Yuliana/Cca/katakaltim)

Hutan Lindung Wehea Jadi Destinasi Wisata Rimba di Pedalaman Kutim

Penulis : Salsabila
 | Editor : Agu
16 May 2025
Font +
Font -

KUTIM — Selain kaya akan pariwisata di wilayah pesisir, Kutai Timur (Kutim) juga menghamparkan destinasi wisata rimba yang menampilkan hutan hujan tropis.

Itu lah Hutan Lindung Wehea. Letaknya di Desa Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wahau.

Hutan ini menjadi salah satu objek wisata menarik di Kalimantan yang sering dikunjungi.

Hutan ini memiliki keanekaragaman hayati, serta berdampingan dengan kehidupan suku Dayak Wehea.

Kenyataan itu menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk berkunjung ke sana.

Bahkan sering-sering tempat ini jadi media edukatif bagi pelajar.

Tentu saja untuk mengetahui kehidupan flora, fauna dan ekosistem di Hutan Lindung tersebut.

"Lembaga adat kita punya program pendidikan lingkungan hidup untuk mengenalkan hutan kepada anak sejak dini," ucap Ketua Penjaga Hutan (Petkuq Mehuey) lembaga adat Dayak Wehea, Yuliana Wetuq, kepada Katakaltim, Jumat 16 Mei 2025.

Syarat Berkunjung ke Hutan Wehea

Julie, sapaan akrab ketua Petkuq Mehuey itu, mengatakan tidak ada syarat khusus bagi yang ingin berkunjung ke hutan.

Namun jadwal berkunjungnya disesuaikan oleh lembaga adat.

Sebab jangan sampai bertabrakan dengan jadwal pengunjung lainnya.

"Jadwalnya kami yang atur, karena takutnya bersamaan dengan kunjungan tamu lain," jelasnya.

Kunjungan pelajar juga terbatas 1 sampai 3 kali dalam setahun untuk sekolah yang berbeda mulai dari tingkatan SD hingga SMA.

Sementara untuk tingkat SD, yang hanya dibolehkan adalah kelas 6 saja.

"Jadi sekolah berikutnya menunggu untuk berkunjung di tahun selanjutnya," kata dia.

Julie menambahkan, di tahun-tahun sebelumnya, per kunjungan pelajar 10-15 orang dengan guru pendamping 2-4 orang. Sebab unit (mobil) yang membantu terbatas.

"Tetapi kunjungan yang terakhir sangat banyak murid 30 orang, guru 10 dan orang tua murid 4 orang,” ungkapnya.

Tarif Kunjungan ke Hutan Wehea

Disebutkan Julie, untuk saat ini lembaga adat Dayak Wehea belum punya unit atau angkutan untuk masuk ke dalam hutan.

Mereka hanya bekerja sama perusahaan sekitar dan meminjam unit perusahaan untuk kegiatan tersebut.

“Karena yang bisa masuk memang hanya mobil doble kabin, jadi kalau orang masuk berkunjung pasti bayar. Kecuali pelajar ya. Itu gratis," jelasnya.

Tarif yang dikenakan per rombongan sekitar Rp3 Juta, termasuk ongkos unit pulang pergi, penginapan selama 3 hari dan 2 malam, biaya makan, jelajah hutan, kebersihan dan lainnya.

Ia berharap, semua pihak yang telah berkunjung ke Hutan Lindung Wehea, dapat lebih sadar dalam melestarikan alam.

"Ini demi kepentingan orang banyak, Indonesia, termasuk dunia. Karena menjaga hutan itu, kita menjaga sumber oksigen, sumber air yang dihasilkan hutan, maka secara langsung kita menjaga kehidupan di bumi," tutupnya. (Cca)

Font +
Font -
# ePaper
Lebih Banyak >