SAMARINDA — Pembangunan IKN dinilai memiliki multiplier effect (dampak jamak) terhadap masyarakat Kaltim. Pernyataan ini disampaikan panelis dalam debat Pilgub Kaltim di Kota Samarinda, Rabu (23/10/2024) malam.
Panelis menambahkan utamanya urbanisasi yang berpotensi menimbulkan kesenjangan sosial, pergeseran sosial bidaya yang dapat menyebabkan culture shock (tekanan budaya), konflik sosial, hilangnya nilai-nilai budaya lokal.
Baca Juga: Lestarikan Warisan Budaya, Bangkitkan Ekonomi Kreatif di Nusantara
Untuk itu dibutuhkan penguatan ketahanan sosial, budaya, ekonomi, dan kualitas SDM masyarakat Kaltim agar tidak termarginalkan.
Baca Juga: Tiga Hari Jelang Debat Pilgub, Rudy Mas'ud Mengaku Tak Ada Persiapan Khusus
Pertanyaan panelis adalah, “Bagaimana langkah atau program apa yang dirumuskan palson untuk mengatasi masalah tersebut?”
Calon Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi mengatakan, salah satu kebijakan pusat yang menurut dia bersama Isran Noor sangat positif adalah pengangkatan deputi bidang sosial dari putra daerah.
Pengangkatan deputi wajib dari putra daerah, sambung Hadi, merupakan usulan provinsi, sebagai bentuk diantisipasi pergeseran budaya. Karena, bagaimana pun, orang yang lebih paham kebudayaan Kaltim adalah putra daerah.
“Agar mereka mengetahui sosial budaya setempat,” katanya.
Hadi menambahkan catatan penting untuk Kaltim, bahwa sejak dulu belum pernah ada konflik sektoral, utamanya konfil budaya atau pun agama.
Itu lah yang menjadikan Kaltim diberikan penghargaan Harmony Awards oleh Kementerian Agama (Kemenag).
“Tanpa mengurangi rasa hormat, Kalbar pernah terjadi kerusuhan besar. Kalteng, Kalsel, termasuk Kaltara, tapi Kaltim dari dulu iklimnya kondusif,” ucapnya.
“Di masa kami, kita dua kali mendapatkan penghargaan Harmony Awards dari Kemenag. Kenapa? Karena Kaltim menjadi salah satu provinsi yang mampu menjaga kerukunan antar umat beragama,” sambungnya.
Termasuk masalah budaya, kata Hadi. Faktanya indeks pembangunan kebudayaan (IPK) di Kaltim terus bertumbuh. Bahkan mengalahkan IPK Nasional.
“IPK terus menaik. Di Kaltim dari 2018 sampai 2023 terus menaik. Dan di 2023 pada angka 57,56. Itu di atas indeks budaya nasional yang hanya 57,13,” paparnya.
Apa artinya, kata Hadi, Kaltim mampu menjaga budaya yang baik, dan dipertahankan. “Sehingga iklim menjadi kondusif,” pungkasnya. (*)