
BONTANG — Siapa bisa menyangka pesisir Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur, yang nyaris tergerus abrasi, berubah jadi hamparan indah. Bukan karena alami, atau semata-mata dari ilahi. Keindahan yang hadir ini bercampur ikhtiar dan pikiran sang penjaga.
Bermodal mimpi luhur, pria 42 tahun kala itu, bercita-cita melestarikan lingkungannya. Ia nekat merogoh kocek, membeli lahan 6 hektar di kawasan Lok Tuan, Kecamatan Bontang Utara, dengan harga yang tak murah: Rp1,6 Miliar.
Tekad kuat melindungi alam, membuat pria paruh baya bernama Hadi Wiyoto itu, mengambil keputusan yang begitu berat.
Baca Juga:
Stok Darah Menipis, PMI Bontang Ajak Warga Rutin Berdonor

Hadi Wiyoto (dok: Caca/katakaltim)
Tak punya pemahaman dasar ihwal budidaya mangrove, Hadi berpikir: satu-satunya hal yang mampu menyelamatkan pantai dari abrasi, benar hanyalah mangrove.
Baca Juga:
PA Bontang Kerjasama PKT dalam Perlindungan Hak Perempuan dan Anak
Dari sana, di tengah kesibukan jadi ajudan penguasa Bontang tahun 2009, ia menyisihkan waktu mencari bibit pohon mangrove, untuk ditanami di daerah yang dekat dari pelabuhan utama Kota dengan julukan taman ini.
Ikhtiarnya itu sempat ditentang. Tak ada satupun yang mendukung. Ia dicela. Dianggap remeh. “Dulu saya ditentang. Tidak ada satupun yang mendukung. Katanya anakmu mau kamu kasih makan pohon kah?,” ucap Hadi menceritakan kisahnya di awal-awal menyelamatkan pantai yang belakangan disebut Teluk Bangko, Sabtu 18 Oktober 2025.
Katanya, istilah Bangko itu berasal dari kata “Aju Bakau”, yang diserap dari bahasa Bugis: kayu bakau.
Hadi melanjutkan ceritanya. Awal mula tentu saja ia mandiri mencari bibit bakau, yang sesuai dengan substrat tanah.
Pikiran Hadi tak pernah menyangka, laksana didukung alam semesta. Bagaimana tidak, Ceriops tagal, yang umumnya dikenal sebagai soga tingi atau tengar putih, jenis mangrove yang langka, bahkan dilindungi di Afrika Selatan, malah tumbuh sendiri di lahannya itu.
Tahun 2016, dengan perkembangan teknologi dan internet yang dapat dijangkau luas, mengantarkan Hadi mempelajari budidaya mangrove.
Apa yang menambah kebahagiaan Hadi? Ibarat gayung bersambut, pada tahun 2019, visi menyelamatkan lingkungan yang ditanggungnya sendiri, mulai dilirik Departemen Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), salah satu perusaahan raksasa di Indonesia dan Asia Tenggara yang bertandang di Kota Bontang, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT). Itu lah awal mulanya.
PKT berminat menyewa lahan Hadi sebagai kawasan konservasi tanaman berakar ajaib itu. Dengan senang hati, Hari memberi ruang.
“Saya bilang tidak usah sewa. Saya ini suka mangrove. Tunjuk saja mau di mana, mau berapa luas, silahkan," ucapnya penuh semangat.
Tak sampai di sana, kecintaan dan kegigihan Hadi membudidaya bakau kian mendapat simpati PKT. Berlanjut ke MOU, perjanjian penyediaan bibit untuk menyokong program PKT menanam bakau di wilayah yang dianggap perlu dipertahankan ekosistemnya itu.
Tahun selanjutnya, hampir Rp1 Miliar, dana milik Pupuk Kaltim dikucurkan dalam budidaya mangrove dan pengembangan wisata Telok Bangko.
Enggan menikmati sendiri hasil kerja sama dengan PKT itu, Hadi memanggil 13 orang lainnya mendirikan kelompok Telok Bangko dan bekerja sama dalam upaya budidaya mangrove.
Tujuan awal Hadi, semata menyelamatkan pantai dari abrasi. Tapi berbuah manis. Ekosistem terjaga, menjadi rumah bagi jutaan biota laut. Bahkan menaburkan berkah bagi masyarakat setempat yang berkesempatan membuka peluang UMKM.
Tahun 2024, Telok Bangko kedatangan tamu spesial: 2 profesor asal negeri kincir angin, Belanda. Meneliti lahan Hadi. Hasilnya menjadikan daerah ini punya jutaan biota laut. Peneliti Belanda menilai fakta tersebut menjadikan ekosistem Telok Bangko sangat terjaga.
Mereka juga menyarankan ke Hadi, agar jumlah tanaman bakau ditambah jumlahnya, sehingga rumah bagi ikan, kepiting dan sejenisnya itu juga turut bertambah.
Efek dominonya, area ini berpotensi meningkatkan ekonomi dengan budidaya ikan maupun kepiting soka. “Ini berkah. Tak ada yang pernah menyangka akan seperti ini dampaknya," jelasnya.
Kini Telok Bangko tak hanya menjadi kawasan hijau yang kaya akan biota, tapi juga penyokong karbon di Kota Bontang.
Selain giat budidaya mangrove, mereka menjadi subjek tumbuhnya UMKM baru Kota Taman sejak 2023 akhir. Seluruh anggota kelompok mengambil peran, bak akar bakau yang saling menyokong, mengelola Telok Bangko.
Ada yang mengambil kesempatan berjualan sekadar minuman ataupun makanan di kawasan wisata itu. Tak tanggung-tanggung penghasilan mereka mencapai Rp10 Juta setiap bulan.
"Kadang sehari gak ada pengunjung, kadang ramai, tapi biasanya kita dapat 10 juta perbulan dari hasil jualan di warung ini," kata Nurdia, istri Hadi.
Di luar itu, penghasilan bersama mereka dalam mengelola budidaya bibit mangrove dan mengelola wisata Teluk Bangko, mencapai ratusan juta.
"Bisa digunakan semua anggota kelompok umroh tiap tahunnya," ujar Nurdia.
Berkah Telok Bangko tidak lepas dari dukungan Pupuk Kaltim. Anggaran yang diegelontorkan, pembelian puluhan ribu bibit mangrove, pelatihan peningkatan kualitas menjadi nafas suci PKT dalam menyokong tumbuhnya masyarakat pesisir Bontang.
Tak sampai di sana, kisah Telok Bangko masih berlanjut. Irma, salah satu anggota kelompok, mengaku sangat terbantu. Menjaga rumah, sudah menjadi rutinitasnya sejak dahulu. Namun semuanya berubah sejak menjadi anggota kelompok Telok Bangko.
"Tadinya saya hanya seorang ibu rumah tangga, tidak pernah kepikiran menjadi bagian menjaga lingkungan, dan mendapat penghasilan, mendapat ilmu dari pelatihan yang dilakukan PKT," kata Irma.
Irma mengaku, kelompoknya sangat diperhatikan oleh PKT. Mereka juga dibangunkan rumah produksi untuk pengolahan produk turunan buah bakau. Seperti tepung bahan dasar amplang bakau, sirup, dodol, bahkan kopi.

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Ecoprinting Mangrove di Telok Bangko (dok:caca/katakaltim)
Teranyar, Telok Bangko menjadi wadah pelatihan Ecoprint, berbahan daun, bunga dan bahkan akar bakau. Karena ini, sering mendapat kunjungan dari siswa Bontang untuk Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Asisstant Vice President Pembangunan Sosial dan Lingkungan Departemen TJSL Pupuk Kaltim, Uchin Mahazaki, menjelaskan awalnya bantuan ke kelompok ini untuk mendukung proses dekarbonisasi perusahaan.
"Intinya adalah penanaman mangrove ini untuk keseimbangan ekosistem yang ada di pesisir," ungkapnya.

Uchin Mahazaki, Asisstant Vice President Pembangunan Sosial dan Lingkungan Departemen TJSL Pupuk Kaltim (dok:caca/katakaltim)
Sementara yang kedua, untuk peningkatan ekonomi dan kemandirian. Ia mengaku Pupuk Kaltim memang berkontribusi dalam perbaikan sarana di daerah ini. Seperti bantuan jogging track, aula, panggung, juga diversifikasi produk turunan mangrov.
"Rumah produksi yang kita siapkan juga sudah tersertifikasi, sehingga mempermudah perluasan pasar dari anggota kelompok untuk produknya," ujarnya.
Kata Uchin, Telok Bangko ini sudah dua kali berkontribusi bagi Pupuk Kaltim dalam pencapaian proper emas nasional yang dinilai Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), tepatnya pada tahun 2021 dan 2023 sebagai salah satu inovasi nasional.
Nurdia, Irma, bahkan siapapun kala itu di 15 tahun yang lalu tak pernah membayangkan Telok Bangko yang kini dikenal bahkan sampai ke Belanda itu, akan memberikan manfaat tiada tara bagi masyarakat dan alam pesisir Bontang.
Jiwa suci nafas Telok Bangko, tak hanya menjadi judul tulisan ini, namun harum menjadi cerita bagaimana masyarakat dengan nafas suci dibekali kesyukuran pada alam, bergandeng bersama komitmen perusahaan yang memanusiakan. (Cca)