Ilustrasi Kanker Serviks. Saat ini Dinkes Bontang melakukan deteksi dini penyakit ini (aset: katakaltim)

Kanker Serviks Penyebab Kematian Tertinggi Wanita, 70 Persen Penderita Lambat Terdeteksi, Dinkes Bontang Lakukan Apa?

Penulis : Agu
20 July 2024
Font +
Font -

Bontang — 70 persen penderita kanker serviks di Indonesia terlambat dideteksi. Bahkan kanker serviks saat ini masih menjadi penyebab kematian tertinggi bagi perempuan di Indonesia. Hal ini diungkapkan Wakil Menteri Kesehatan RI Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono dalam diskusi tentang kanker serviks, Februari lalu di Jakarta.

Untuk itu setiap daerah wajib menggalakkan pendeteksian dini. Dinkes Bontang pun tidak tinggal diam. Mereka saking gercepnya turun langsung ke masyarakat melakukan deteksi dini.

Teranyar mereka melakukan pendeteksian dini kanker serviks dan payudara dengan pemeriksaan IVA test dan Sadanis pada Sabtu 20 Juni 2024, di Kelurahan Gunung Elai.


Kepala Dinkes Bontang Bahtiar Mabe melalui Ketua Tim Kerja bidang pengendalian penyakit tidak menular (PTM), Andriana Ratna Ningrum, menyebut pemeriksaan ini sebagai upaya mendekatkan layanan kesehatan ke masyarakat.

Mengapa mereka harus turun langsung karena ada banyak wanita yang malu bahkan tidak peduli untuk memeriksakan dirinya. Padahal, kata Ratna, penyakit ini sangat berbahaya.

“Ini memang sangat berbahaya. Jadi kita turun untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat supaya bisa melakukan pemeriksaan. Mengingat yang diperiksa itu area sensitif. Dan tidak semua perempuan itu care memeriksa diri,” ucapnya kepada katakaltim.com.

Kata Ratna sebenarnya program ini sudah ada di puskesmas. Bahkan, gratis. Tapi lagi-lagi kendalanya adalah rasa malu perempuan untuk memeriksakan dirinya.

“Biasanya teman-teman di puskesmas melakukan kegiatan ini. Tapi banyak yang sungkan. Ndak pede. Karena yang diperiksa itu area sensitif. Karena itu kami ke warga langsung,” ucapnya.

Namun sayangnya, dari ratusan perempuan yang daftarkan diri untuk melakukan pemeriksaan, yang datang hanya puluhan orang. Kendalanya selain karena menstruasi, juga lantaran ada syarat mereka tidak boleh berhubungan suami isteri selama 3 hari sebelum pemeriksaan dilakukan.

“Yang mendaftar melalui link tu banyak. Karena target kita 150 orang. Cuman kan memang ada syaratnya, itu nggak haid dan tidak berhubungan selama 3 hari sebelum periksa,” katanya.

Sementara itu Desi Ekawati yang juga Pemegang Program Usia Produktif Dinkes Bontang tetap mengapresiasi mereka yang sudah punya niat memeriksakan dirinya, dan meminta agar perempuan jangan malu meneriksa. Karena jangan sampai sudah terjangkit kanker tapi dibiarkan begitu saja.

“Tapi yaa kita apresiasi yang daftar ini 150 orang. Namun kita minta semoga perempuan tidak malu lagi periksa. Jangan sampai nanti kalau misalnya terjangkit, itu bisa sangat berbahaya. Bukan hanya untuk dirinya, tapi juga bagi keluarganya,” paparnya.

Salah satu warga yang datang memeriksakan dirinya mengaku sadar akan bahaya kanker ini. Untuk itu dia bilang jika ada pemeriksaan dia rutin melakukannya.

“Resiko rentannya perempuan itu kanker serviks dan payudara. Makanya saya setelah menikah saya sering ikut pemeriksaan ini. Untuk jaga-jaga aja sih,” katanya.

Meski pada awalnya dia merasa agak aneh, tapi setelah diperiksa dia merasa legah dan tidak lagi berpikir berlebihan tentang penyakit kanker serviks dan payudara.

“Alhamdulillah hasilnya normal. Legah. Ndak ada pikiran kemana-mana. Pada awalnya memang yaa agak lain karena yang lihat selain suami. Tapi namanya ingin lindungi kesehatan yaa harus diperiksa gitu,” ucapnya.

Diketahui, hari ini Dinkes Bontang melakukan pemeriksaan akhir. Selanjutnya bagi mereka yang mau periksa silahkan ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. (*)

Font +
Font -