Seto Mulyadi saat memberikan penghargaan kepada beberapa pejabat di Kutim (aset: ag/katakaltim)

Ketua LPAI Seto Mulyadi Minta Pemkab Kutim Maksimalkan Perlindungan Anak

Penulis : Agu
21 May 2024
Font +
Font -

Kutim — Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi yang akrab disapa Kak Seto menganugerahkan Kak Seto Award kepada beberapa pejabat di Kutim pada Selasa 21 Mei 2024.

Seto dalam kesempatan itu menyampaikan latarbelakang dan perjalanan terbentuknya lembaga yang didirikannya. Termasuk saat ia menggagas Hari Anak Nasional.

“Saya menggagas ini supaya ada latar belakang sejarah. Dulu, pernah 1 juli waktu itu zaman Bung Karno. Tapi pada waktu presiden Soeharto kami mendesak ada latar belakang sejarah yang bisa dikenang, dan itu ternyata ditetapkan 23 juli adalah hari disahkannya UUkesejahteraan anak oleh DPRI waktu itu,” ucapnya.

“Kemudian LPAI juga mendorong lahirnya UU perlindungan anak, mendorong lahirnya lembaga negara KPAI dan mendorong lahirnya Kementerian perlindungan anak yang digabungkan dengan Kementerian pemberdayaan perempuan,” sambungnya.


Seto juga menyampaikan kepada seluruh masyarakat agar peduli pada perlindungan anak, “Peduli pada hak-hak anak. Tadi sudah disebutkan juga oleh bapak Bupati bahwa ada hak kelangsungan hidup untuk tumbuh dan berkembang, termasuk bermain dengan gembira, termasuk belajar juga dengan gembira.”

“Jadi belajar mohon tidak lagi dengan cara kekerasan, dibentak dan sebagainya. Sudah ada sekolah-sekolah alternatif, pendidikan alternatif, ada sekolah alam dan sekarang juga sudah ada sekolah Rumah atau yang populer disebut home schooling dan itu sudah dijamin oleh undang-undang sistem pendidikan nasional kita bahwa pendidikan di Indonesia bisa formal, bisa non formal, tapi juga bisa informal,” tambahnya.

Lebih lanjut, pendidikan informal salah satunya seperti yang diterangkan Seto, dulu pada waktu pandemi juga dengan jarak jauh dan itu mendorong dukungan untuk anak-anak belajar dengan cara yang merdeka.

“Bukan hanya mengembangkan otak kiri, tapi juga otak kanan. Bukan hanya cerdas saja memberikan satu-satunya jawaban yang benar, tapi juga kreatif memberikan alternatif jawaban bahwa sukses itu, baik memang bisa menjadi sarjana, tapi tidak harus selalu,” ucapnya.

“Ibaratnya Indonesia mempunyai 5 tokoh yang hebat, ada 5 rudi yang hebat, ada Rudi Habibi. Tapi ada Rudi Hartono ada Rudi Salam, Rudi Choiruddin, ada Rudi Hadisuwarno yang hebat di bidangnya masing-masing,” tambahnya.

Seto pun meminta kepada semuanya agar menghargai putra-putri dengan kecerdasan masing-masing. “Kalau jaman now, anak dipaksa jadi dokter atau jadi lawyer, mungkin belum mau. Kalau mereka mau jadi youtuber kenapa tidak kalau itu juga sukses.”

“Yang penting adalah akhlak mulia, etikanya diperhatikan karena kita tahu isi pendidikan kita ada 5. Nomor satu ada etika, yang kedua adalah estetika atau keindahan cara bertutur kata, berperilaku dan sebagainya. Ketiga baru IT dan keempat nasionalisme, dan yang kelima adalah kesehatan termasuk kesehatan mental. Karena Kesesehatan mental sekarang banyak dikeluhkan para orang tua karena kadang lupa kita cara mendidiknya, tapi dididik dengan cara-cara kekerasan,” terangnya.

Font +
Font -