BALIKPAPAN — Dinas Kesehatan Kota Balikpapan saat ini tengah mewaspadai angka kasus penderita penyakit tuberculosis (TBC) yang sudah menembus angka ribuan.
Kepala Dinkes Kota Balikpapan Alwiyati mengatakan, untuk kasus TBC di kota Balikpapan saat ini mencapai 1.825 pasien.
Sehingga saat ini pihaknya melakukan pemeriksaan serius kepada para pasien agar tidak menularkan kembali ke keluarga terdekatnya.
Baca Juga: DP3 Balikpapan Nyatakan Anggur Muscat Negatif Residu Pestisida
“Penyakit ini harus dicegah, karena penularannya sangat cepat, karena keluarga merawat juga beresiko menular,” ucapnya kepada awak media, Senin (11/11/2024).
Baca Juga: Penyakit Gondongan Meningkat, DKK Balikpapan Temukan 72 Kasus
Dikatakannya, pasien penderita TBC bisa sembuh total dengan catatan rutin mengkonsumsi obat yang diberikan dokter.
Alwi menambahkan, dari 1.825 kasus temuan tersebut, saat ini memamg ada juga yang masih dalam proses pengamatan.
Di mana saat ini dicoba mencari potensi pasien lainnya sehingga pihaknya akan melakukan pemeriksaan.
“Hal yang perlu terus dilakukan adalah mengedukasi bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat, untuk mengenali gejala TBC seperti batuk yang beberapa minggu tidak sembuh, tengah malam demam,” paparnya.
Tantangan penanganan kasus TBC cukup tinggi
Sementara, Ketua Tim Kerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P3M) Dinkes Balikpapan, dr. I Dewa Gede Dony Lesmana mengatakan, prinsipnya skrining saat ini bisa dilaksanakan di semua Puskesmas.
“Skrining yang kita lalukan dengan menggunakan pemeriksaan dahak menggunakan alat tes cepat molekuler,” ucapnya.
Dikatakannya, Dinkes Balikpapan masih gencar melakukan kegiatan yang namanya “pemberian terapi tuberkulosis”, yang diberikan kepada kontak erat dari penderita tuberkulosis.
“Kasus TBC ini tantangannya cukup tinggi, karena kita mengobati orang yang sehat, jadi bukan pasiennya karena pasiennya minum obat TBC,” tukasnya.
Upaya ini akan terus dikejaruntuk memenuhi target indikatornya agar tercapai target pencegahan tuberkulosis.
Pasalnya, satu kasus TBC itu beresiko sampai dengan 20 orang di sekitarnya. Makanya dilakukan pemberian terapi kepada kontak erat yang ada di sekitar rumah penderita TBC.
“Saat ini program skrining baik secara aktif maupun pasif, sudah gencar dilaksanakan oleh teman-teman Puskesmas. Dan di tahun 2025 rencananya kita akan mendapatkan dukungan dari Kementerian Kesehatan, namanya screening aktif tuberkulosis,” ungkapny.
Gede menambahkan, di tahun 2025 nanti, dengan bantuan Kementerian Kesehatan, pihaknya akan skrining kepada 3.500 orang, dengan kriteria yang pertama adalah orang yang perokok.
Orang yang ada riwayat sakit diabet, mempunyai gejala ke arah TBC seperti batuk lebih dari 2 minggu, berat badan menurun, berkeringat di malam hari dan sebagainya.
“Di tahun 2025 kita akan melakukan skrining secara masif dan sasarannya 3.500 orang,” tutupnya. (*)