BONTANG — Bontang punya aneka wisata mempesona. Salah satunya wisata bahari di Pulau Selangan. Namun, tampaknya wilayah ini tak begitu diperhatikan.
Itulah kesimpulan sementara ini berdasarkan pengamatan katakaltim.com melalui uneg-uneg dan keluhan warga Selangan saat dikunjungi.
Selain menyoal sampah yang berbulan-bulan pemerintah tak menjemputnya, dan menyebabkan warga membuang sampah ke laut, warga di Selangan juga harap adanya jembatan yang terhubung ke Lok Tunggul.
Mereka menilai jika jembatan bisa dibuat di situ, mereka meyakini akan ada nilai tambah ekonomis dan membuat objek wisata itu menjadi ramai. Terlebih dapat menghemat biaya mereka jika ingin ke darat.
Baca Juga: Paripurna DPRD Bontang Ke-5, Tri Ismawaty: Saya Belum Tahu Program Apa Yang Saya Jalankan
Mengetahui kondisi itu, legislator Bontang Alfin Rausan Fikry menegaskan pemertintah wajib menghadirkan permintaan warga jika memang jadi kebutuhan mendesak dan realistis untuk dihadirkan.
Pun demikian, Alfin mengatakan perlu ada kajian mendalam. Alasannya karena jembatan itu menghubungkan antar pulau.
“Bagaimana kedalaman lautnya misalnya. Berapa tingginya air kalau pasang. Artinya ada perhitungan jika memang mau dibangunkan jalan atau jembatan,” terangnya kepada awak media, Senin (9/9).
Alfin lebih jauh mengatakan, tidak ada istilah apakah di sana jumlah KKnya sedikit atau tidak. Jangankan puluhan KK, satu KK saja menurut dia tetap harus diperhatikan. Karena bagaimana pun itu adalah manusia.
“Walaupun satu KK saja kan penting, karena itu bagian daripada masyarakat. Apalagi kalau 50 KK,” tandasnya.
Untuk itu Alfin menyampaikan komitmen dia sebagai wakil rakyat untuk menyerap dan mendorong aspirasi warga yang ada di dapilnya itu.
Apalagi, warga Selangan dan masyarakat yang hidup di pulau, sampai saat ini masih sangat jarang dikunjungi.
“Semua aspirasi harus kita tampung. Apalagi teman-teman kita di sana itu kan jarang sekali terjamah. Maka kita harus turun serap aspirasi,” jelasnya.
Bahkan, politisi muda Golkar itu mau agar warga di wilayah pulau tidak punya rasa iri dengan warga di wilayah kota.
Jika itu terjadi, maka pembangunan dianggap sudah tidak merata.
Untuk itu agar warga di kawasan pulau tidak iri hati, maka mereka juga harus diberi perhatian maksimal.
“Kita tidak ingin masyarakat di kawasan laut itu bisa iri dengan masyarakat yang ada di darat. Karena di darat ini kan aksesnya lebih mudah untuk pembangunan,” jelasnya.
“Sedangkan mereka yang di laut lebih mahal termasuk perawatan perahu dan semacamnya lah. Coba nanti saya cek ya. Kalau memang ada perencanaannya (pembangunan jembatan-red) dulu, kita bisa pelajari dan kita dorong juga,” tukasnya. (Adv)