KALTIM — Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat luas panen padi di Kaltim tahun 2023 mencapai 57,143 ribu hektar, mengalami penurunan sebanyak 7,827 ribu hektar atau 12,05 persen dibandingkan luas panen padi pada tahun 2022 sebesar 64,97 ribu hektar.
Sedangkan produksi padi tahun 2023 sebesar 226,97 ribu ton gabah kering giling (GKG), turun sebanyak 12,45 ribu ton atau 5,20 persen dibanding produksi padi tahun 2022 sebesar 239,42 ribu ton GKG.
Baca Juga: Inflasi Kabupaten Berau Tertinggi se-Kaltim Capai 3,54 Persen
Dikutip katakaltim di laman BPS Kaltim, Sabtu (2/11/2024), produksi beras tahun 2023 untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 132,02 ribu ton, mengalami penurunan sebanyak 7,25 ribu ton atau 5,20 persen ketimbang produksi beras pada tahun 2022 sebesar 139,27 ribu ton.
Baca Juga: Problem Digitalisasi Pendidikan di Kaltim, Hadi Mulyadi Mengaku Anggarannya Dikorupsi
Penurunan produksi padi tersebut disebabkan karena adanya penurunan luas panen padi pada Subround Januari−April 2023 dan September−Desember 2023, masing-masing sebesar 4,26 ribu hektare (13,33 persen) dan 3,56 ribu hektare (16,80 persen) dibandingkan periode yang sama pada 2022.
Solusi Isran-Hadi
Lalu, apa solusi Hadi Mulyadi? Gampang katanya. Kalau bicara ketahanan pangan, Hadi menyeru agar masyarakat tidak memandangnya secara lokal. Artinya, tidak melulu setiap daerah harus memproduksinya.
Dia menerangkan, pemerintah perlu melihat kondisi wilayahnya secara objektif. Dia tampak menilai bahwa tidak perlu memaksa sesuatu yang sulit dilakukan. Artinya, kalau Bumi Etam kekurangan padi, maka harus melihat sektor lain. Apa yang penting adalah ekonomi mengalami pertumbuhan positif.
"Selama pertumbuhan ekonomi positif, dan padi tidak ada (kurang), maka bisa dibeli kan,” ucapnya kepada katakaltim beberapa waktu lalu.
Misalnya, kata Hadi, Sulawesi Selatan (Sulsel) punya komoditas yang tak dimiliki Kaltim. Atau justru sebaliknya, Kaltim punya komoditas yang Sulsel tak miliki, maka kerja sama dagang bisa berlangsung sembari menutupi kekurangan masing-masing daerah.
“Makanya dari dulu Kaltim melakukan kerjasama ekonomi dengan beberapa daerah, seperti Sulsel, Sulbar, Yogyakarta, itu untuk menutupi kelebihan dan kekurangan,” ucapnya.
Dia mengatakan situasi ini berpotensi akan terjadi secara berkelanjutan. Untuk itu, tugas daerah adalah bagaimana menumbuhkan ekonomi secara positif. Hadi mencontohkan Negara Singapura, ekonomi tumbuh meskipun tidak memproduksi padi. Namun tetap punya ketahanan pangan.
"Misalnya Singapura, tidak ada padinya kan, tapi ekonominya bertumbuh positif, yah dia beli padi. Mereka itu bisnisnya perdagangan, jadi tidak perlu tanam padi, tapi kaya," paparnya.
Syukuri Kekayaan Alam
Hadi lebih jauh menerangkan, kekayaan alam seperti batu bara, minyak dan sebagainya di Bumi Etam amat patut disyukuri. Apalagi wilayah ini pada 2023 menempati posisi 3 se-Indonesia dalam hal pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,22 persen. Hanya dikalahkan Sulteng (11,91) dan Maluku Utara (20,49).
"Kaltim ini ada batu bara, ada minyak, nah itu yang dikembangkan. Dan pertumbuhan ekonomi kita cukup tinggi se-Indonesia. Itu sudah maju," ucapnya.
Intensifikasi Pertanian
Calon Wakil Gubernur Kaltim itu mengatakan apa yang harus dilakukan di tengah lahan semakin terbatas adalah intensifikasi pertanian. Maksudnya, peningkatan hasil pertanian dengan mengoptimalkan lahan yang sudah ada.
Intensifikasi dilakukan dengan meningkatkan masukan sumber daya pertanian. Salah satu contohnya, dengan menggunakan pupuk pada tanaman yang dikelola. Penggunaan pupuk ini bisa memberi asupan nutrisi pada tanah dan meningkatkan kesuburan tanah.
"Jadi kebijakan lokal yang bisa kita lakukan yaa adalah insetifikasi pertanian. Tapi catatanya tidak hanya padi saja, apapun yang bisa kita kembangkan," ucapnya.
Pengembangan Komoditas
Ditambahkan Hadi saat ini ada beberapa perkebunan yang telah dikembangkan. Seperti Ihau atau buah kelengkeng yang dulunya tidak ada di Kaltim. Termasuk juga duku.
Bahkan Hadi mengatakan ada produksi yang perlu dikembangkan, yaitu padi varietas unggul. Di mana panen padi bisa dipercepat, 4 kali dalam setahun.
“Ada hal lain sebenarnya yang ingin dikembangkan Kaltim, ialah padi varietas unggul. Kalau dulu zaman teknologi masih tradisional itu padi panen 2 kali, sekarang sudah ada variatas yang bisa dipanen 4 kali dalam satu tahun, nah itu yang mau kita lakukan," ucapnya.
“Di Desa Batuah (Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kukar) itu pertama di Indonesia kita bikin lab kultur jaringan dan di situ kita menghasilkan bibit unggul. Di derah lain belum ada," tandasnya.
Diketahui, pun mengalami penurunan setiap tahun, daerah teluas lahan produksi padi di Kaltim adalah Kabupaten Kutai Kartanegara. Untuk tahun 2023 dengan luas 26.744 hektar. (*)