Dibaca
56
kali
Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kutai Timur (Kutim) jemput bola kegiatan stop stunting di lokus risiko stunting signifikan, Kecamatan Sangatta Selatan, Jumat 7 Februari 2025 (dok: ai/katakaltim)

Sangatta Selatan Lokus Risiko Stunting Signifikan, Camat Sangsel Harap Program Bupati 1000 Rumah Belanjut 

Penulis : Salsabila Resa
8 February 2025
Font +
Font -

KUTIM - Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kutai Timur (Kutim) kembali melakukan jemput bola kegiatan stop stunting di Kecamatan Sangatta Selatan, Jumat 7 Februari 2025.

Pasalnya, menurut informasi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim, Desa Sangatta Selatan dan Singa Geweh, merupakan wilayah dengan angka risiko stunting signifikan. Total, terdapat 589 keluarga yang terdata di daerah tersebut.

Kepala DPPKB, Achmad Junaidi B, mengatakan pihaknya terus melakukan evaluasi data keluarga berisiko stunting. Ia mengatakan, sebagian dari data tersehut telah menunjukkan perbaikan kondisi.

Baca Juga: DPPKB Kutim menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) penguatan pengelolaan Kampung Keluarga Berkualitas (KB), berlangsung di Samarinda. (aset: ainun/katakaltim)DPPKB Kutim Galakkan Peningkatan Kampung Keluarga Berkualitas

“Setelah turun ke lapangan, kami menemukan bahwa ada keluarga yang sebelumnya terdata berisiko stunting, namun sekarang kondisinya sudah membaik,” ujar Junaidi.

Baca Juga: Sub Koordinator Kepemimpinan, Kepeloporan, dan Kemitraan Pemuda Dispora Kaltim, Rusmulyadi (aset: puji/katakaltim)Dispora Kaltim Ajak Stakeholder Tingkatkan Minat Baca Pemuda melalui Literasi Digital

Ketua TPPS Kutim itu, juga menyebutkan, terdapat beberapa keluarga yang belum bisa dinyatakan keluar dari data keluarga berisiko stunting, lantaran jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan kondisi rumah yang tidak layak huni.

"Karena kedua faktor ini, memengaruhi kemampuan keluarga dalam memberikan lingkungan dan asupan optimal bagi anak,"tegasnya.

Achmad Junaidi juga menekankan pentingnya peran Tim Pendamping Keluarga (TPK) dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dalam melakukan pendampingan secara berkelanjutan, termasuk proaktif menjemput bola ke posyandu.

“Mereka harus proaktif menjemput bola, termasuk mengajak keluarga ke posyandu,” tambahnya.

Senada dengan itu, Camat Sangatta Selatan, Abbas, yang turut ikut serta dalam peninjauan tersebut mengatakan dari data yang ada, kedua desa tersebut memang memiliki keluarga berisiko stunting.

Namun, masalah utama bukanlah stunting pada anak, melainkan jarak kelahiran yang terlalu dekat.

"Kalau kita lihat anaknya bukan stunting, cuma jarak kelahiran yang perlu diatur," ujarnya.

Abbas menyampaikan salah satu ibu di wilayah itu, telah bersedia melakukan sterilisasi untuk mencegah kehamilan berulang.

Selain masalah jarak kelahiran, Abbas juga menyoroti masalah rumah yang tidak layak huni. Ia berupaya membantu keluarga tersebut untuk mendapatkan rumah yang lebih layak, dengan dukungan dari BAZNAS dan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (PERKIM).

Namun, ia menekankan keluarga tersebut harus memiliki lahan terlebih dahulu.

"Informasi ibu tadi ada lahan yang dikasih oleh orang tua di daerah Sangatta Utara Jalan Abdullah Gang Asmawati," kata Abbas.

Ia juga, akan membantu proses administrasi pertanahan di Desa Sangatta Selatan dan melaporkannya ke pihak Sangatta Utara, mengingat ada dua pemerintah kecamatan yang terlibat dalam pembangunan rumah layak huni ini. Abbas menegaskan pemerintah tidak akan tinggal diam dalam menangani masalah ini.

Tak lupa, dia mengapresiasi program Bupati Kutim yang telah meluncurkan 1000 rumah layak huni di launching di desa Sangkima. Program ini diharapkan dapat berlanjut hingga tahun 2025 dan seterusnya, sehingga masalah kemiskinan dan stunting di Kutim dapat ditekan seminimal mungkin.

"Dengan program sebanyak itu tidak mungkin dalam satu tahun pasti bertahap supaya permasalahan kemiskinan dan stunting di Kutai Timur ini bisa kita tekan seminimal mungkin," tandasnya. (Cca)

Font +
Font -
# ePaper
Lebih Banyak >