Hubungan China dan Filipina kian memanas karena konflik maritim (dok: ist)

Sengketa Maritim ? China vs Filipina Makin Memanas

Penulis : Cca
31 March 2024
Font +
Font -

Katakaltim -- Ketegangan antara China dan Filipina kian meningkat akibat sengketa maritim yang berlarut di Laut China Selatan (LCS). Hubungan antar dua negara tersebut pun semakin buruk di bawah presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr.

Pasalnya, sengketa LCS yang semakin panas membuat kedua negara itu melakukan sejumlah tindakan untuk mendapatkan klaim wilayah.

Kedua negara mengklaim wilayah masing-masing atas Laut China Selatan tanpa melihat gejolak politik yang semakin parah.

Baca Juga: Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam acara diskusi yang digelar Fox News (Foto: ig/realdonaldteump)Tak Mampu Atasi Serangan Rusia dan Hamas, Trump Sebut Joe Biden Mendalami Kekacauan

Lantas, bagaimana hal tersebut bisa terjadi?

Klaim wilayah Laut China Selatan

Sejak 2022, Filipina telah menggugat sejumlah tuntutan atas klaim wilayah di Laut China Selatan.

Marcos beranggapan bahwa Filipina harus merebut Laut China Selatan karena dapat mengancam kedaulatan dan ekonomi negaranya.

Ia juga menegaskan tidak ada negara yang dapat mengambil wilayah kedaulatan Filipina di bawah kepemimpinannya.

"Saya tidak akan membiarkan upaya apapun oleh kekuatan asing untuk mengambil satu inci persegi wilayah kedaulatan kami," ujar Marcos seperti dikutip dari Nikkei Asia.

Selain itu, Laut China Selatan juga merupakan jalur perdagangan kapal senilai lebih dari US$3 triliun setiap tahunnya. Ini mengapa, Filipina berusaha keras untuk merebut wilayah yang menjadi hak nya saat melihat potensi ekonomi demikian.

Keterlibatan Amerika Serikat

Amerika Serikat menjadi negara yang membantu upaya Filipina memenangkan kasus itu.

Sejak menjabat pada 2022, Marcos telah berupaya untuk meninggalkan sikap pendahulunya yang lebih pro-China dibanding AS.

Terhitung sejak tahun lalu, Filipina kerap bolak-balik ke AS untuk berkomitmen merebut hak nya dari negara Tirai Bambu.

Namun, AS memanfaatkan kedekatan sekutu lamanya dengan menganggap Filipina sebagai aspek penting di Indo-Pasifik untuk melawan pengaruh China, demikian ditulis dalam Reuters.

Bahkan, Filipina memberikan Washington akses lebih ke berbagai pangkalan militernya dan mengadakan latihan gabungan. Ini yang membuat China kian geram terhadap tingkah laku Filipina dengan adanya campur tangan AS dalam konflik tersebut.

Ketegangan saat ini

Marcos pun baru ini menegaskan tindakan proporsional terhadap "serangan ilegal, koersif, agresif, dan berbahaya" oleh China.

"Kami tidak ingin berkonflik dengan negara manapun, terlebih lagi dengan negara-negara yang mengaku dan mengaku sebagai teman kami, namun kami tidak akan takut untuk diam, tunduk, atau tunduk," ucap Marcos seperti dikutip dari Reuters, Kamis (28/3/2024) lalu.

Sebab, China sempat menggunakan meriam air untuk mengganggu misi kapal pemasok Filipina pada pekan lalu.

Kendati demikian, China juga mengupayakan dialog atas konflik itu karena mereka merasa hubungannya berada di "persimpangan jalan".

Hingga kini, ketegangan yang kian berlarut belum menemui titik terang.

AS pun berkomitmen untuk terus membela Filipina jika terdapat ancaman yang datang. Ini karena Washington melihat Filipina sebagai satu aset politik penting bagi kawasan Indo-Pasifik. (*)

Font +
Font -