KUTIM — Bunyi ombak Teluk Lombok yang bergulung di Desa Sangkima, Kecamatan Sangatta Selatan, Kabupaten Kutai Timur, begitu ribut terdengar.
Suara tunggal itu menghantam telinga dengan keras. Mungkin akibat hilangnya suara bising wisatawan, atau tanpa ketawa anak-anak yang lagi riang gembira.
Begitulah kondisi destinasi wisata, yang barangkali tidak lagi menawan seperti dulu. Pantai pasir yang hampir putih sepanjang 2 kilometer itu, jelas-jelas sunyi tanpa wisatawan.
Bibir Pantai Teluk Lombok yang sepi pengujung sejak Pandemi Covid-19 (dok: caca/katakaltim)
Kata warga di sana, fenomena ini pun sangat kontras dengan kenangan ramai tatkala hari Sabtu dan Minggu yang lalu-lalu.
Sederet pondok bahkan tampak makin lapuk menjadi saksi yang tanpa bicara. Tidak ada yang menyewa sejak bertahun-tahun lamanya.
Baca Juga: Karel Sampaikan Tips Jitu DPMPTSP Bontang untuk Menarik Investasi
Warga setempat, Nurmiyati, kepada katakaltim terpaksa harus menghela napas membanting harap. Gara-gara pandemi katanya. Entahlah!
"Mulai pandemi sampai sekarang belum normal. Dulunya tiap Sabtu-Minggu ramai terus. Penuh pengunjung. Sekarang ada pengunjung dalam 1 bulan sudah syukur," keluhnya waktu ditemui, Selasa 11 Februari 2025.
Pandemi covid-19 memang jadi pukulan telak. Membuat pikiran ambyar. Rencana masa depan dirombak dan ditata ulang.
Jejak Predator
Tragedi serangan predator laut pada tahun 2022 di kawasan itu, semakin mencetak jejak ketakutan. Tentu saja situasi tersebut menambah parah keadaan.
Belum lagi papan peringatan Taman Nasional Kutai, terpampang begitu terang. Mungkin saja menjadi salah satu sebab kenapa Teluk Lombok tak dikunjungi. Pun jika hanya untuk mandi. Apalagi kalau hanya membuang sial.
"Hati-hati dalam beraktivitas !!! Kawasan ini merupakan habitat buaya, satwa berbahaya dan dilindungi," demikian papan peringatan milik Taman Nasional Kutai, terpasang dekat pintu selamat datang Teluk Lombok.
Akses Parah
Masalah kasat mata lainnya adalah akses yang parah. Jalan berlubang, berkerikil dengan aspal separuh jalan, rupa-rupanya tidak terhindarkan.
Buaya mengancam, akses pengunjung pun tidak diperhatikan. Jelas saja membuat Teluk Lombok merindukan keramaian.
Padahal, akses menuju ke sana melewati bentang jalan HGU PT. Pertamina EP Sangatta Field, yang diketahui baru-baru ini memproduksi minyak melimpah. Sebesar 3.545 barel dalam satu hari, pada 24 Maret 2024 lalu.
Denyut Ekonomi Warga
Pantai idaman itu, tidak dapat disangka-sangka, pendistribusian listrik sangat minim, alih-alih jaringan internet yang memadai. Generator set (genset) pun menjadi pilihan terbaik warga, di kala lewat jam tengah malam.
"Kita di sini pakai genset. Siang nggak ada listrik. Nanti ada di jam 6 sampai jam 12 malam," kata warga.
Demikian lah adanya. Teluk Lombok memang menyimpan potensi wisata yang mengagumkan. Kekayaan tak terbantah di Bumi Etam. Menyulam untaian harapan.
Tapi, entah kapan, hamparan alam yang unggulan ini, kembali menghidupkan denyut ekonomi warga. (Cca)