Bontang — Beberapa waktu lalu warga Tanjung Limau mengeluhkan bau tak sedap akibat pemasangan Drumpikon alias septic tank yang memakai drum.
Dibeberkan warga, drumpikon yang terpasang tepat di bawah kolong rumah itu menimbulkan bau tak sedap apalagi di kala subuh dan saat buang air besar (BAB).
“Ini kalau buang air besar humhh baunya busuk sekali. Beberapa warga juga di sini keluhkan itu,” beber penduduk Tanjung Limau, Haslinda saat dikunjungi wartawan katakaltim belum lama ini.
Baca Juga: Muhammad Yusuf Target Komisi I DPRD Bontang, Ingin Perjuangkan Kualitas Pendidikan
“Baunya luar biasa, apalagi kalau subuh, wuhh bau sekali. Kemarin kita rame-rame mau ke kelurahan ngomongin soal ini,” ucapnya.
Baca Juga: Ada yang Baru Untuk Peningkatakan Layanan Kesehatan Warga Kota Bontang
Menanggapi itu kepala Puskesmas Bontang Utara 1, dr I Wayan Santika menyebut bakal segera menyelesaikannya. Ia menerangkan dalam kondisi pasang, air laut bisa masuk ke drumpikon yang rendah pemasangannya. Akibatnya air laut membunuh bakteri yang ada di dalam.
“Nahh memang kalau air pasang, kan air laut masuk dan bakterinya mati. Masing-masing rumah kan beda-beda pemasangannya. Ada yang lebih rendah, ada yang tinggi. Nahh yang rendah ini masuk air laut di situ,” terangnya kepada warga saat berkunjung langsung ke Tanjung Limau.
“Masukan warga itu sangat penting, syukurnya warga tidak bongkar ini. Nanti kita komunikasi sama Lurah bagaimana penyelesaiannya. Kita juga sudah tau dan kita panggil ahlinya nanti,” ucap dia.
Menanggapi tanggapan itu, politisi Golkar Neni Moerniaeni (Neni) mengatakan memang drumpikon adakalanya mengeluarkan bau tak sedap.
Lebih jauh ia menjelaskan wilayah livable (layak huni) sangat ditunjang dengan tidak adanya sanitasi yang buruk. Karena itu bisa berdampak besar terhadap penambahan angka stunting.
“Makanya saya bilang BABS itu salah satu penyebab dari sanitasi yang jelek. Itu bisa berdampak ke stunting nantinya. Kalau kita bicara lingkungan yang hijau, atau kota yang livable, yang nyaman, salah satunya adalah sanitasi,” ucap Neni.
“Selain drumpikon, WC komunal ada kan, yang kemarin drumpikon memang agak bau ya, nanti kita lihat lah, WC komunal aja yang kita buatkan. Tinggal dimaksimalkan,” tambahnya.
Selain Tanjung Limau, Neni menyebut salah satu wilayah percontohan nyatanya masih ada warga yang BABS atau gunakan jamban cemplung.
“Jadi bayangkan di Selambai aja itu masih ada yang nyemplung padahal itu kan daerah pesisir percontohan. Jadi nanti dimaksimalkan lah pembangunannya,” tukas Neni.
“Jadi jangan hanya membangun kan, harus ada perawatan juga. Itu kelemahannya kita, membangun, membangun, membangun, tapi kurang perawatan,” pungkasnya. (*)