KUTIM — Calon Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman menanggapi problem anak putus sekolah di Kutim yang ditanyakan kepada dia oleh panelis dalam debat Pilkada Kutim di Kota Balikpapan, Sabtu (2/11/2024) malam.
Menurut survei Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, nyatanya anak SMP yang putus sekolah di Kutim secara kumulatif ada di 30 desa. Ini berarti sekitar 21 persen dari jumlah desa di Kutim, sebanyak 139.
Ditemukan juga secara kumulatif anak putus sekolah SD ada di 39 desa. Menanggapi itu, Ardiansyah Sulaiman mengatakan sesuai dengan misi pertama mereka bersama Mahyunadi, yaitu peningkatan daya saing daerah melalui pembangunan SDM yang berakhlak mulia, berbudaya, sehat, cerdas dan berprestasi
“Dengan misi tersebut, kami selalu akan concern kepada pendidikan. Selama ini Kutim juga memberikan beasiswa,” ucapnya.
Baca Juga: Ribuan Anak Stunting di Kutim, Begini Tanggapan Kasmidi Bulang yang Dipersoalkan Mahyunadi
Kedua mereka akan concern (fokus) terhadap infrastsurktut pendidikan. Ketiga, sesuai dengan apa yang menjadi visi mereka dalam 50 program, yaitu akan memberikan kemudahan kepada masyarakat.
“Orang tua ke depan tidak perlu lagi membayar biaya sekolah terkait dengan pakaian sekolah, kemudian juga buku. Kedua, kita juga memberikan kesempatan anak-anak untuk belajar dengan baik,” ucapnya.
Tak kalah penting menurut politisi PKS itu, bahwa saat ini Kutim telah siap dengan program beasiswa Kutim tuntas dan beasiswa stimulan.
“Diharapkan dengan program ini masyarakat Kutim mampu memberikan kesempatan kepada anaknya untuk sekolah,” pungkasnya.
Menanggapi itu, calon Bupati Kutim Kasmidi Bulang menegaskan apa yang paling nyata harus dilakukan asalah menyiapkan sarana pendidikan, kemudian tenaga pengajarnya.
“Paling konkret bagaimaan kita menyiapkan sarananya dulu, setelah itu tenaga pengajarnya. Setelah itu anak-anak pasti akan gampang,” ucapnya.
Lebih jauh Kasmidi Bulang membeberkan masih ada wilayah di Kutim belum selesai infrastruktur dasar pendidikannnya. Katanya masih ada yang belum layak.
“Karena, masih ada juga di kecamatan kita yang sampai hari ini sekolahnya tidak layak. Ini harus jadi perhatian kita ke depan,” tandasnya.
Dia memberikan solusi misalnya, setiap anak yang putus sekolah diberikan ruang dan kesempatan mengikuti paket pengambilan ijazah.
“Bagi yang putus sekolah kita paksakan mereka untuk mengejar paket . Sehingga semua punya ijazah. Jangan lagi ada anak Kutim yang putus sekolah ke depan,” tutupnya. (*)