Dibaca
25
kali
PT Pertamina (Persero), melalui kerja sama antara PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan PT Pertamina New & Renewable Energy (NRE), saat ini sudah mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS Atap di area kilang Balikpapan, Jumat (31/10/2025). (dok : Pertamina)

Surya untuk Pertamina: PLTS Atap Bukti Nyata Komitmen Transisi Energi di Kilang Balikpapan

Penulis : Muhammad Hilmansyah
31 October 2025
Font +
Font -

Balikpapan — Langit Balikpapan kini tak hanya menyinari bumi, tapi juga memberi tenaga bagi masa depan energi Indonesia. Di tengah dorongan nasional menuju transisi energi bersih dan berkeadilan, PT Pertamina (Persero) menunjukkan langkah konkret lewat pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di area Kilang Balikpapan — instalasi terbesar di lingkungan Pertamina Group sejauh ini.

Langkah ini sejalan dengan arah kebijakan energi nasional sebagaimana tertuang dalam Astacita Presiden Prabowo Subianto, yang menekankan percepatan transformasi energi bersih yang berpihak pada rakyat.

Menurut data Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) Kementerian ESDM, kebutuhan listrik Indonesia pada 2025 diproyeksikan mencapai 539 TWh atau sekitar 1.893 kWh per kapita, dan akan meningkat tajam hingga 1.813 TWh pada 2060. Dengan tren itu, langkah Pertamina memperkuat pemanfaatan energi terbarukan menjadi krusial.

Instalasi Terbesar di Lingkungan Kilang Pertamina

PLTS di Kilang Balikpapan dibangun melalui kerja sama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan PT Pertamina New & Renewable Energy (NRE). Sistem ini dipasang di tiga titik utama: warehouse (1.635 kWp), workshop (744 kWp), dan Gedung New HSSE & Fire Station (138 kWp). Total kapasitasnya mencapai 2,5 MWp, mampu menekan emisi karbon hingga 3.798 ton CO₂e per tahun.

“Program ini sudah berjalan sejak 2023, lahir dari semangat kami untuk beralih dari energi fosil ke energi baru terbarukan,” ujar Yusuf Suryadi, Engineer Asset Integrity Fungsi Reliability KPI Unit Balikpapan, saat ditemui pada Minggu (26/10/2025).

Yusuf menjelaskan, listrik yang dihasilkan langsung digunakan untuk kebutuhan di sekitar lokasi instalasi, seperti beban listrik perkantoran dan fasilitas operasional kilang.

“PLTS ini menggunakan dua sistem, yakni tipe rooftop dan ground-mounted. Keduanya saling melengkapi. Tipe atap memanfaatkan ruang yang sudah ada, sementara tipe ground-mounted dipasang di lahan khusus,” jelasnya.

Pemasangan instalasi dan penal surya PLTS Atap di area kilang Balikpapan beberapa waktu lalu, Jumat (31/10/2025). ( dok : Pertamina)

Efisiensi Energi, Efisiensi Biaya

Menurut Direktur Operasi KPI, Didik Bahagia, biaya energi menjadi komponen terbesar kedua dalam struktur operasional kilang, yakni sekitar 4–5 persen dari total biaya.
“Dengan PLTS atap ini, kami tak hanya menekan emisi karbon, tapi juga menghemat biaya energi secara bertahap,” ungkap Didik.

Selain di Balikpapan, Pertamina NRE juga telah mengoperasikan PLTS serupa di beberapa kilang lain, seperti Dumai (3,77 MWp), Plaju (2,25 MWp), Cilacap (2,34 MWp), dan Balongan (1,51 MWp). Total kapasitas seluruh PLTS yang dikelola di lingkungan KPI kini mencapai 12,37 MWp.

Menariknya, sistem PLTS ini sudah dilengkapi teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT), sehingga pengawasan dan pengendaliannya bisa dilakukan secara jarak jauh melalui sistem remote monitoring and control

Sinergi Pertamina untuk Energi Hijau

Direktur Proyek & Operasi Pertamina NRE, Norman Ginting, menyebut kolaborasi antara KPI dan NRE menjadi simbol strategi ganda Pertamina dalam menghadapi masa depan energi.
“KPI fokus mengoptimalkan bisnis utama di sektor migas, sementara Pertamina NRE berperan menyediakan energi hijau dan menurunkan emisi operasional,” ujarnya.

Peresmian PLTS Atap Kilang Pertamina Internasional RU V Balikpapan oleh Direktur Operasi KPI, Didik Bahagia didampingi manajemen PT KPI RU V Unit Balikpapan bulan Mei 2025 lalu, Jumat (31/10/2025). (dok : Pertamina)

Tak berhenti di PLTS, kerja sama kedua entitas ini juga menyasar proyek flare gas to power, yaitu mengubah gas buang dari aktivitas kilang menjadi sumber listrik baru — mendukung efisiensi sekaligus mendorong tercapainya net zero emission (NZE) 2060

Pertamina Mantapkan Langkah Menuju Net Zero 2060

Sementara itu, VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menegaskan bahwa pengembangan energi rendah karbon menjadi bagian dari strategi bisnis jangka panjang perusahaan.
“Pemanfaatan energi hijau seperti panel surya tidak hanya mendorong dekarbonisasi kegiatan Pertamina sendiri, tetapi juga memberi dampak positif bagi lingkungan dan mendukung target NZE nasional,” tuturnya.

Pertamina kini menempatkan transisi energi sebagai tulang punggung arah transformasi bisnisnya. Melalui penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) serta dukungan terhadap Sustainable Development Goals (SDGs), Pertamina berkomitmen menjadikan energi bersih bukan sekadar slogan, melainkan langkah nyata menuju masa depan Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Font +
Font -
# ePaper
Lebih Banyak >