BONTANG — Politisi Demokrat Bontang, Udin Dohang, menyampaikan agar dinamika politik daerah ditanggapi dengan riang gembira.
“Riang gembira aja,” ucap Udin Dohang kepada katakaltim, Kamis (29/8) sore.
Sekretaris Demokrat Bontang itu mengatakan politik begitu sulit diprediksi.
Baca Juga: Ternyata Begini Alasan Demokrat Dukung Basri Rase di Pilkada Bontang
Pernyataan tersebut menanggapi penilaian bahwa Sutomo-Nasrullah menghadapi figur dengan sematan “gajah”.
Baca Juga: Bila Survey Tertinggi Mengarah ke Andi Faiz, Masihkah Mengusung Neni di Pilwalkot Bontang?
Karena menurutnya, bagaimana pun Basri Rase itu Wali Kota. Neni Moerniaeni juga mantan Wali Kota. Najirah pun demikian, punya suami mantan Wali Kota.
“Prinsipnya mereka berasal dari latar belakang yang sangat besar. Tapi politik itu kan tidak bisa juga dikalkulasi seperti itu,” ucapnya.
Pikiran Dohang—sapaan akrabnya—didasari pada dinamika politik nasional. Di mana, Jokowi, seorang tukang kayu, mampu mengalahkan Prabowo Subianto.
“Tak ada yang bisa mengira bahwa Jokowi yang tukang kayu, bisa melawan seorang Danjen Kopassus (Prabowo-red), dan menang dua kali berturut-turut,” terangnya.
Di samping itu, Dohang menyampaikan dari semua survei yang dilakukan kandidat, ada harapan munculnya figur baru.
Lebih jauh dia juga mengatakan kalau klaim menang, semua orang bisa. Namun klaim itu dasarnya prasangka. Padahal politik itu perhitungan.
“Klaim itu kan sulit mendasarkannya kepada apa? Hanya pada keyakinan. Sementara politik itu kan matematis juga,” ucap dia.
Dirinya pun memberikan kalkulasi dengan hadirnya 4 kandidat di Pilkada Bontang. Perkiraan DPT mencapai 130 ribu. Angka partisipasi 100 ribu. Maka harusnya persentase masing-masing 20 persen.
“Harusnya persentase orang (kandidat) itu ya masing-masing 20. Sisanya diperebutkan. Atau karena ini (Sutomo-Nasrullah-red) pendatang baru, taro lah 10 persen nggak apa-apa. Kan masih ada waktu beberapa bulan untuk mengejar itu kan,” tukasnya. (*)