Dibaca
27
kali
Mantan Ketua KPA Hijau Gusti Prayogo Pangestu (aset: syam/katakaltim)

Mantan Ketua KPA Hijau Minta Isu Lingkungan Jadi Fokus Utama Debat Kandidat di Pilkada Berau

Penulis : Redaksi
7 October 2024
Font +
Font -

BERAU — Mantan Ketua Komunitas Pencinta Alam (KPA) Hijau, Gusti Prayogo Pangestu, meminta agar isu lingkungan menjadi salah satu poin utama dalam debat calon Bupati dan Wakil Bupati Berau.

Menurutnya, KPU Berau harus menempatkan permasalahan lingkungan sebagai topik yang tidak hanya penting bagi keberlanjutan wilayah, tetapi juga bagi kesejahteraan masyarakat.

Mengingat, menurut dia, Berau memiliki dua sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang utama, yaitu sektor pertambangan dan pariwisata.

Baca Juga: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kabupaten Berau, menggelar aksi unjuk rasa tuntut pertanggungjawaban PT. Berau Coal terkait reklamasi lubang tambang dan ganti rugi lahan warga, Rabu 12 Februari 2025. (Dok: Rin/katakaltim)HMI Gelar Aksi Unjuk Rasa Buntut PT Berau Coal Tak Ganti Rugi Lahan Warga

“Oleh karena itu, harapan saya agar isu-isu terkait pengelolaan sumber daya alam ini menjadi fokus dalam debat calon pemimpin daerah," ujarnya, Minggu (6/9/2024).

Baca Juga: Rapat Pleno Terbuka Penetapan Pasangan Calon Terpilih Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Berau Tahun 2024, Rabu 26 Februari 2025 di hotel Bumi Segah. (dok:Asrin/katakaltim)Resmi Ditetapkan Jadi Kepala Daerah Berau, Sri Juniarsih Komitmen Tuntaskan Janji Politiknya

Sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam, Berau menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara eksploitasi (pemanfaatan) ekonomi dan pelestarian lingkungan.

Ia menekankan pentingnya memperhatikan dampak lingkungan yang dihasilkan dari aktivitas pertambangan, baik yang legal maupun ilegal.

Menurutnya, perhatian serius perlu diberikan pada aktivitas tambang yang telah menyebabkan kerusakan lahan dan menurunkan kualitas lingkungan hidup di Berau.

“Banyak yang menyebut banjir ini sebagai fenomena alam, tetapi kita tidak bisa menutup mata terhadap kerusakan yang terjadi di hulu sungai akibat konsesi tambang batubara,” katanya.

“Alih fungsi lahan ini jelas berdampak buruk pada daya tampung dan penyerapan air di kawasan tersebut," pungkas Gusti. (*)

Font +
Font -
# ePaper
Lebih Banyak >