BANJAR -- Lautan manusia menghadiri Haul akbar ke-19 KH Muhammad Zaini Abdul Ghani Al-Banjari atau Haul Guru Sekumpul yang digelar mulai Ahad, 14 Januari 2024 di Musala Ar-Raudhah Sekumpul, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Acara peringatan tahunan ini dimaksudkan untuk memperingati hari wafatnya Tuan Guru Muhammad Zaini Abdul Ghani Al-Banjari.
Adapun jadwal resmi Haul ke-19 Guru Sekumpul yaitu untuk umum pada Ahad malam, 14 Januari 2024 atau 2 Rajab 1445 Hijriah di Musholla Arraudhah Sekumpul di Martapura. Untuk undangan khusus dilangsungkan pada Rabu, 17 Januari 2024 atau 5 Rajab 1445 Hijriah di kediaman Almarhum Abah Guru Sekumpul. Kemudian ada tambahan haul pada Ahad malam, 21 Januari 2024 atau 9 Rajab 1445 Hijriah di Musholla Arraudhah Sekumpul.
Lalu, tahukah kamu siapakah Guru Sekumpul yang dihormati dan disanjung banyak orang itu? Simak artikel berikut ini.
Profil Guru Sekumpul
KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari atau akrab dipanggil Abah Guru Sekumpul lahir pada 11 Februari 1942 di desa Tunggul Irang Seberang, Martapura.
Ia adalah putra dari pasangan Abdul Ghani bin H. Abdul Manaf bin Muhammad Seman dan Hj. Masliah binti H. Mulya bin Muhyiddin. Ia merupakan keturunan ke-8 dari ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari.
Semasa kecil, pada diri Guru Sekumpul, sudah ditanamkan kedisiplinan dalam pendidikan, seperti tauhid, budi pekerti, dan membaca Al-Quran. Ia juga diajarkan untuk memiliki rasa cinta kasih dan hormat kepada para ulama.
Pada 1949, Qusyairi, panggilan akrab Guru Sekumpul ketika kecil mengikuti pendidikan formal di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura. Lalu, ia melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Darussalam, Martapura.
Kala itu, Guru Sekumpul juga berlatih dengan guru-guru akbar spesialis keilmuan, salah satunya adalah al-Alim al-Fadhil Sya’rani Arif. Ia juga dididik oleh sang paman, Guru Seman, yang kemudian mengajak dan mengantarkannya mendatangi tokoh-tokoh yang terkenal dengan spesialisasinya masing-masing, baik di Kalimantan maupun di Jawa.
Akibat didikan dari keluarganya, ia sejak kecil sudah menunjukkan sifat mulia, seperti penyabar, pemurah, dan kasih sayang terhadap sesama.
Mengutip idr.uin-antasari.ac.id, Guru Sekumpul mulai berdakwah di Pondok Pesantren Darussalam Martapura atas saran dari KH Abdul Qadir Hasan, KH Sya’rani Arif dan KH Salim Ma’ruf.
Usia lima tahun, ia membuka pengajian di kediamannya di Keraton Martapura. Pengajian ini diadakan untuk menunjang pelajaran para santri, yang diisi dengan pengulangan kitab-kitab Ilmu Alat, seperti Nahwu dan Saraf.
Selang waktu yang tak lama, pengajian Guru Sekumpul berkembang di kalangan masyarakat umum, sehingga pengulangan kitab lebih bervariasi menjadi Fikih, Tasawuf, Tafsir dan Hadis.
Pada kesempatan itu, Abah Guru Sekumpul juga mulai mensyiarkan Maulid al-Habsyi atau Simthud Durar karangan al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi. Serta mengajarkan beberapa amalan wirid, khususnya zikir Tarekat Sammaniyah kepada para jemaah.
Pada 1990-an, Abah Guru Sekumpul pindah ke komplek Ar-Raudhah yang berlokasi di Kelurahan Jawa, Kecamatan Martapura. Di komplek ini lah pengajian Abah Guru Sekumpul berpusat, terutama di Musala Ar-Raudhah yang mampu menampung ribuan jemaah.
Sejak itu, murid-murid dan tamu-tamunya berdatangan dari berbagai daerah, bahkan dari Negeri tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei. Sebagian mereka datang untuk berguru, mencari barakahnya, hingga ingin berbaiat Tarekat Samaniyyah.
Beberapa tokoh juga pernah mengunjungi Abah Guru Sekumpul termasuk Politikus Amien Rais, Presiden ke-4 RI Gus Dur, Presiden ke-5 RI Megawati, dan AA Gym.
Di samping itu, Abah Guru Sekumpul tercatat memiliki sejumlah kelebihan. Dirinya sudah menghafal Al-Quran sejak berusia 7 tahun dan tafsir al-Jalalain ketika berusia 9 tahun.
Lalu, ketika ia berusia 10 tahun, ia mendapatkan khususiat dan anugerah dari Tuhan berupa kasyaf hissi, yaitu melihat dan mendengar apa benar di dalam. Selain itu, ia juga memiliki karamah salah satunya tidak mengalami ihtilam atau mimpi basah layaknya remaja pada umumnya.
Banyak guru mulia yang membimbingnya menjadi sosok yang kaya akan ilmu pengetahuan. Abah Guru Sekumpul pun menghasilkan beberapa karya tulis, seperti Risalah Mubaraqah dan Ar-Risalatun Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah.
Kemudian, ada pula Manaqib Syekh Sayyid Muhammad bin Abdul Karim al-Qadiri al-Hasani as-Samman al-Madani, Nubzah fi Manaqib al-Imam al-‘Azham al-Faqih al-Muqaddam, Ar-Risalah fi Auradil Mufidah, dan Al-Imdad fi Auradi Ahlil Widad.
Guru Sekumpul mengembuskan napas terakhirnya pada usia 63 tahun di kediamannya sekaligus kompleks pengajian, Sekumpul Martapura pada 10 Agustus 2005. Guru Sekumpul meninggal karena komplikasi dari gagal ginjal. Sebelum wafat, Guru Sekumpul sempat dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura selama 10 hari akibat sakit yang dideritanya. (*)