KATAKALTIM.COM - Mir Damad, dengan nama lengkap Muhammad Baqir ibn Sham al-Din Muhammad al-Husayni Al-Astarabadi. Ia berasal dari kota bernama Astarabadi. Juga tidak begitu jelas, kapan tanggal lahirnya.
Namun Mir Damad meninggal dunia pada tahun 1041 M di kota Najaf. Ia wafat setelah tinggal selama satu tahun untuk berkhidmat di pusara Imam Ali Ibn Abi Talib.
Mir Damad merupakan seorang Aristotelian. Dia adalah pendiri Mazhab Isfahan (The School of Isfahan). Isfahan adalah kota di mana kali pertama Mir Damad mengenyam pendidikan. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya ke Kota Mashad.
Mir Damad adalah sosok yang cerdas dan menguasai banyak bidang ilmu pengetahuan. Lantaran penguasaannya yang di atas rata-rata itu, Mir Damad dianggap sebagai Muallim Ketiga setelah Aristoteles dan Al-Farabi.
Baca Juga: Fase Kehidupan Mulla Sadra, Sosok Teosof yang Menggemparkan Jagat Pemikiran
Sebagian orang juga berkesimpulan bahwa gelar tersebut diperoleh karena penguasaannya terhadap filsafat Aristoteles.
Mir Damad juga dikenal sebagai sosok perintis upaya sintesis beberapa pemikiran Islam sebelumnya. Namun, sebagai perintis dirinya belum bisa melakukannya secara sempurna.
Keberuntungannya adalah memiliki seorang murid seperti Mulla Sadra yang dapat meneruskan semangatnya.
Pada masanya, Mir Damad dianggap sebagai tokoh utama dalam filsafat dan ilmu-ilmu rasional lainnya.
Tidak hanya itu, Mir Damad juga merupakan komentator tangguh dari mazhab Peripatetik (Masyaiyyah) Ibn Sina. Sepanjang hidupnya, Mir Damad cukup produktif dalam berkarya. Dia banyak menulis buku, antara lain:
Al-Qabasat, kitab filsafat yang tampaknya menjadi salah satu rujukan utama Mulla Sadra dalam mengarang kitab Al-Hikmah Al-Mutaliyyah.
Selain itu, ada banyak kitab filsafat lainnya yang pernah ditulis olehnya.
Seperti Sirath Al-Mustaqim, Al-Ufuq Al-Mubin, imadat, Taqwim Al-Iman, Khulasah Al-Malakutiyyah, Nibras Al-Diya, Al-Sabu Al-Syidad, Jazawat, Tasyriq Al- Haq, Dawabith Al-Rida.
Tidak hanya menciptakan karya tulis dalam bidang filsafat, Mir Damad juga menulis karya dalam bidang fiqih, aqidah, dan syair-syair, antara lain;
Risalah Fi Al-Jayb Al-Zawiyyah, Risolehyi Fi Al-Nahi Al-Tasmiyyah, Al-Iqazat, Syari Al-Najah, Al-Adalat, Majma Al-Fususa dan Afash Kada.
Kemudian, sebagaimana tradisi ulama Tasayyu, Mir Damad juga mengeluarkan ragam komentar terhadap hadis-hadis Imam-Imam Syiah.
Hadis yang tercantum dalam kitab Usul al-kahfi karya Muhammad ibn Yaqub Al-Kulani. Barangkali sebenarnya masih banyak karya lainnya Mir Damad yang belum ditemukan.
Mir Damad adalah sosok yang sangat dikagumi oleh Sadra. Salah satu bentuk kekaguman ini tercermin dalam ungkapannya yang ia tulis dalam Muqaddimah Syarh Usul al-Kafi.
Dalam pembukaan kitab tersebut, Sadra secara khusus memuji gurunya ini.
“Telah dikabarkan kepadaku dari penghuluku, sandaranku, guruku dalam ilmu-ilmu agama, ilmu-ilmu Ketuhanan, Makrifat Hakiki, dan prinsip-prinsip keyakinan, penghulu yang memancarkan cahaya, alim yang suci, filsuf Ilahi, faqih Rabbani, yang utama di masanya, Pemimpin yang Agung, Rembulan Purnama, tanda-tanda zaman yang bernama Muhammad dengan laqab Baqir al-Damād al-Husayni (Semoga Allah menyucikan akalnya dengan cahaya ketuhanan)”. (*)