Dibaca
Loading...
kali
Spanduk dibentangkan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Pendidikan dan Latihan Kehutanan (KHDTK) milik Universitas Mulawarman di kecamatan Samarinda Utara (dok: BEM Unmul/katakaltim)

BEM Unmul Kecam Kerakusan para Penambang di Kawasan Hutan Universitas Mulawarman

Penulis : Agu
7 April 2025
Font +
Font -

SAMARINDA — Dalam momentum Lebaran, kawasan hutan Universitas Mulawarman (Unmul) di area Kebun Raya, Samarinda, malah dijarah.

Aktivitas ilegal itu tampak dalam video yang beredar. Bahkan melibatkan sejumlah alat berat seperti ekskavator.

Baca Juga: Potret saat warga Kampung Tasuk, Berau, melakukan demonstrasi menuntut ganti rugi lahan yang ditambang oleh perusahaan Berau Coal (dok: Asrin/katakaltim)Sengketa Lahan di Kampung Tasuk Berau, Perusahaan Enak-enak Menambang Tapi Belum Bayar Ganti Rugi

Menteri BEM Unmul, Christian Marcellino, mengatakan sejak Agustus 2024, aktivitas pertambangan itu sudah merugikan pihak Unmul.

Baca Juga: Basri Rase dan SK pembentukan Tim Ahli Percepatan Pembangunan Daerah atau TAPPD Kota Bontang (aset: kolase/katakaltim)Basri Bentuk TAP2D di Akhir Masa Jabatannya, Pengamat Menilai Petahana Brutal dan Main-main dengan Aturan

“Karena menyebabkan longsor di daerah sekitar kawasan hutan,” ucap Christian dalam keterangannya yang diterima, Senin 7 April 2025.

Dia menambahkan bahwa bentuk teguran dari pihak pengelola Kawasan Hutan ini, yakni Fakultas Kehutanan Unmul, bukannya memberi efek jera.

“Malah tambah membabi buta. Dan didapati melakukan aktivitas sekitar 2 hari dengan pelaku perusahaan yang sama,” jelasnya.

Kata dia, dari pihak Fakultas Kehutanan pun sudah mencoba melaporkan ke Gakkum LHK (Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan) sejak 13 Agustus 2024.

“Namun belum ada tanggapan hingga Minggu 6 April. Senin, hari ini akan secara resmi bersurat ke instansi terkait,” terangnya.

Ia mengaku amat prihatin melihat kondisi tersebut. Terlebih lagi ini merupakan satu-satunya Kawasan Hutan di samarinda yang dikelola oleh Fahutan Unmul.

“Menurut saya ini sangat tidak etis, karena melakukan aktivitas di kawasan yang sudah memiliki ketetapannya,” jelasnya.

“Sekilas tampak sangat rakus sekali, sangat-sangat disayangkan. bukan saya menolak pertambangan, tapi saya menolak keras proses pembabatan hutan yang semakin menggila akhir-akhir ini,” pungkasnya. (*)

Font +
Font -
# ePaper
Lebih Banyak >