Kutim — Di era globalisasi, meningkatkan daya saing jadi prioritas utama bagi tiap individu, termasuk perempuan di Kutai Timur (Kutim). Demikian kata Prayunita Utami.
Legislator muda asal NasDem Kutim itu mengajak segenap perempuan Kutim meningkatkan keterampilan mereka dalam berbagai bidang.
Baca Juga: 3 Kali Terpilih Jadi Wakil Rakyat, Yusuf T Silambi Ingin Terus Awasi Pembangunan Kutim
Pentingnya meningkatkan daya saing perempuan Kutim, ucap Prayunita Utami, tentu saja membantu meneruskan perjuangan para pendahulu yang berjuang membangkitkan bangsa.
Baca Juga: Bawaslu Kutim Harap KPU segera Sampaikan Jadwal dan Titik Kampanye Paslon
“Meningkatkan daya saing kan bukan hanya soal punya keterampilan teknis atau akademik. Tapi tentu saja berkaitan juga dengan kemampuan beradaptasi dalam perubahan ini. Dan bagaimana menghadapi tantangan yang terlihat semakin kompleks saat ini kan,” ucapnya saat dihubungi, Selasa 21 Mei 2024.
Di era globalisasi, kata dia, kebutuhan akan keterampilan multi-skill semakin meningkat. Karenanya perempuan Kutim perlu siapkan diri meningkatkan keterampilannya di berbagai bidang yang dianggap relevan.
“Salah satu cara kalau kita lihat ya dengan mengembangkan kemampuan soft skills seperti kerjasama tim, kemampuan berbicara, termasuk pemecahan masalah kreatif, dan pemahaman empati. Nahh pemahaman empati ini penting sekali,” terangnya.
Selain itu, tambah Prayunita, perempuan Kutim juga bisa meningkatkan daya saingnya dengan mengembangkan keterampilan teknis yang relevan dengan industri yang berkembang pesat.
“Misalnya, bisa belajar programming atau desain grafis untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja yang kita tau saat ini terus berkembang kan. Termasuk keterampilan di bidang pertambangan. Tapi, penting diingat, ini bukan hanya tugas individu ya kan,” tandasnya.
Karena itu ia juga meminta pemerintah mengembangkan lagi pembangunan yang pro terhadap perempuan.
“Pendidikan dan pelatihan yang berkualitas serta dukungan pemerintah dan masyarakat, itu kan faktor-faktor penting. Termasuk fasilitas yang pro perempuan harus diperhatikan. Kalau tidak, yaa nggak bisa juga kan,” pungkasnya. (*)