Dibaca
1
kali
Direktur Gagas Nusantara, Romadhon Jasn (dok: pribadi)

BBM Rusak di Kota Minyak: Krisis Kepercayaan atau Titik Balik Pertamina?

Penulis : Agu
21 May 2025
Font +
Font -

BALIKPAPAN — Kasus kerusakan ratusan kendaraan usai mengisi BBM di Balikpapan menjadi sorotan tajam publik.

Data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kaltim menyebut lebih dari 600 warga terdampak.

Kenyataan ini mencuat bukan hanya karena jumlah korban, tetapi karena lokasinya: Balikpapan, jantung industri minyak nasional.

Baca Juga: Para petugas memadamkan api yang membakar angkot, Senin 19 Mei 2025, malam (dok: hlm/katakaltim)Mobil Angkot Terbakar Tabrak Pagar Rumah Warga

Publik bertanya-tanya, bagaimana bisa kualitas BBM di kota minyak itu justru bermasalah?

Baca Juga: Kondisi antrean kendaraan di SPBU Kota Balikpapan untuk mendapatkan BBM jenis Pertamax, Senin (19/5/2025). (Dok: hlm/katakaltim)Antrean Panjang di SPBU Balikpapan: Pemkot Bingung, Pertamina Minta Maaf

Soal tidak berhenti di mutu BBM. Kelangkaan Pertamax dan antrean panjang di SPBU memperkuat keresahan rakyat.

Walau pasokan tambahan telah dikirim dan bengkel layanan disediakan, tapi ketegangan belum reda.

Warga butuh penjelasan lebih jujur dan menyeluruh. Saat warga mulai meragukan kualitas dan distribusi BBM, kepercayaan yang selama ini dibangun pelan-pelan bisa goyah.

Direktur Gagas Nusantara, menyampaikan bahwa ini adalah momentum penting bagi Pertamina melakukan refleksi menyeluruh terhadap tata kelola distribusi energi.

“Bukan saatnya mencari kambing hitam. Kita butuh langkah perbaikan yang nyata dan menyentuh akar masalah,” kata Romadhon Jasn dalam keterangannya, Rabu (21/5/2025)

Ia menyarankan investigasi terbuka dan komunikasi aktif agar publik mendapat kejelasan dan tidak terjebak dalam spekulasi.

Romadhon memahami bahwa distribusi BBM melibatkan rantai logistik dan teknologi yang kompleks.

Namun ia menegaskan kesalahan dalam mutu BBM—yang berdampak langsung pada masyarakat—harus dijadikan prioritas utama untuk diperbaiki.

“Pertamina punya sumber daya dan pengalaman. Kami yakin, bila ada kemauan kuat, insiden ini bisa menjadi titik balik perbaikan nasional,” ucapnya.

Langkah-langkah teknis seperti pemeriksaan BBM, pengiriman pasokan tambahan, hingga layanan perbaikan kendaraan tentu perlu diapresiasi.

Namun, menurut Romadhon, masyarakat juga menanti jaminan keberlanjutan.

Apakah sistem pengawasan mutu akan diperkuat? Apakah koordinasi dengan pemerintah daerah akan dibuka lebih luas?

Gagas Nusantara mendorong Pertamina agar lebih proaktif menggandeng pemangku kepentingan lokal.

Terbuka pada pengawasan publik bukanlah kelemahan, melainkan bentuk tanggung jawab di era keterbukaan informasi.

“Kejelasan dan komunikasi adalah dua kunci agar krisis seperti ini tidak berubah menjadi krisis kepercayaan,” kata Romadhon.

Ia juga menilai pentingnya pendekatan humanis dari Pertamina.

Bagi warga yang terdampak, ini bukan saja soal bahan bakar, melainkan kerugian ekonomi dan rasa aman dalam konsumsi energi sehari-hari.

Respons cepat dan empatik akan jauh lebih bermakna ketimbang penjelasan teknis yang sulit dipahami publik.

Sebagai BUMN strategis, Pertamina tentu tidak luput dari tantangan. Namun justru di tengah ujian seperti inilah kualitas kepemimpinan dan komitmen diuji.

“Kami percaya, jika ada keberanian untuk berbenah, Pertamina bisa menjadi perusahaan yang makin dipercaya rakyat,” ucap Romadhon.

Kejadian di Balikpapan bukan akhir cerita, melainkan awal perubahan.

Dari krisis, bisa lahir kepercayaan baru, asal ditangani dengan transparansi, ketulusan, “Dan langkah nyata,” pungkasnya. (*)

Font +
Font -
# ePaper
Lebih Banyak >