KATAKALTIM.COM - Upaya memperkuat bisnis teknologi di Indonesia, utamanya pada bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), perusahaan penyedia solusi teknologi, Cloudera, menunjuk Sherlie Karnidta sebagai Regional Vice President (RPV).
Penunjukan eksekutif baru Cloudera tersebut, bersamaan dengan upaya perusahaan memperkuat fokusnya pada kesuksesan dan transformasi bisnis dari pelanggan, dengan memberi mereka akses terhadap kemampuan data hybrid, multi-cloud, dan memfasilitasi AI.
Baca Juga: Perusahaan Dunia Gencarkan Teknologi, Manusia Bakal Jadi Bagian Penting dalam Dominasi AI
Sherlie akan bertanggung jawab untuk mendorong ekspansi Cloudera di Tanah Air, serta memimpin strategi perencanaan dan pengembangan jalur distribusi yang terarah.
"Saya sepenuhnya percaya dengan kemampuan Sherlie dalam memperkuat keberadaan Cloudera di Indonesia dan mencapai kesuksesan bersama dengan seluruh tim Indonesia yang luar biasa,” kata Vice President Cloudera untuk Asia Pasifik dan Jepang, Remus Lim, dikutip Jumat (12/1/2023).
Sementara itu, Sherlie mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi pertumbuhan AI dan machine learning (ML) yang sangat besar.
"Saya akan membantu pelanggan Cloudera Indonesia meraih kesuksesan yang lebih besar dengan enterprise AI yang tepercaya,” ucap Sherlie menegaskan.
Profil Sherlie Karnidta
Sherlie diketahui menjabat sebagai senior account director di Indonesia sejak bergabung dengan Cloudera pada 2019.
Ia memiliki pengalaman di perusahaan solusi software enterprise selama hampir dua dekade. Sebelum bergabung dengan Cloudera, Sherlie pernah memegang posisi sebagai Senior Sales Executive di Oracle Indonesia dan IBM Indonesia.
Sherlie meraih gelar Sarjana Teknik Industri dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
AI Diprediksi Pengaruhi Strategi Pemasaran di Indonesia pada 2024.
Platform interaksi dengan pelanggan, Twilio, baru-baru ini memprediksi berbagai tren teknologi yang bakal punya pengaruh di industri dan strategi pemasaran Indonesia tahun 2024, di mana salah satunya adalah mengenai kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Menurut perusahaan, teknologi AI dan pembelajaran mesin (machine learning atau ML), akan semakin diandalkan untuk membantu brand menetapkan segmentasi pasar dan membuat konten yang lebih terarah dan efektif.
Mengutip siaran pers, Selasa (2/1/2024) lalu, menurut Twilio, organisasi bisnis saat ini baik di Indonesia atau Asia Pasifik secara umum, berlomba-lomba menghadirkan pengalaman interaksi pelanggan yang lebih baik.
Prioritas mereka adalah pada menciptakan pengalaman yang lebih personal pada skala besar, serta antarmuka pengguna yang lebih intuitif. Di sini, integrasi AI dan ML dinilai memegang peranan penting dalam keseluruhan rantai nilai pengalaman pelanggan.
Twilio mengutip data IDC yang menyebutkan, 60 persen dari 2.000 perusahaan terbesar di Asia, bakal mengarahkan anggaran penciptaan pengalaman pelanggan ke arah pemanfaatan AI generatif.
Selain itu, dicatat juga bahwa secara bertahap menghapuskan penggunaan perangkat lunak generasi lama sampai dengan 2027
"Artinya, kita akan melihat peningkatan integrasi AI atau ML ke dalam interaksi pelanggan sebagai upaya menghadirkan pendekatan inovatif yang mampu menarik, mengkonversi, dan mempertahankan pelanggan bernilai tinggi," tulis perusahaan.
Dengan menganalisa data pelanggan individu, AI dan ML bisa membuat pesan, email, atau bahkan rekomendasi produk yang khusus dan disesuaikan dengan profil tiap-tiap pelanggan.
Menurut Twilio, dengan cara ini, pemasar dapat membuat konten dengan tingkat personalisasi yang tinggi dalam skala yang besar.
Keunggulan Algoritma AI
Kemampuan AI untuk mengekstrak informasi berharga dan memprediksikan kebutuhan, preferensi, serta perilaku pelanggan akan memungkinkan pemasar melancarkan kampanye pemasaran yang sangat terarah.
"Dengan keunggulan algoritma AI dalam memproses data berjumlah amat besar untuk mengidentifikasi pola dan segmen yang samar sekalipun, pemasar dapat mengembangkan strategi segmentasi pelanggan yang lebih efektif," ujar Twilio dalam keterangannya.
Selain itu, rantai umpan balik yang bekerja cepat mengumpankan masukan dari pelanggan ke dalam algoritma personalisasi, juga akan membantu pemasar menyesuaikan strategi mereka.
Lebih lanjut, di 2024 juga, menurut Twilio, batasan antara kebiasaan belanja online dan offline bakal semakin kabur. Perusahaan menyebut, brand-brand akan fokus menciptakan pengalaman belanja yang menyenangkan dan bebas masalah, di seluruh platform jual beli yang tersedia. (*)