BERAU — Perisai Demokrasi Bangsa (PDB) menilai penyelenggaraan pendidikan pemilih bagi pemilih pemula di Indonesia belum menyentuh semua wilayah. Terutama daerah terpencil yang terbatas akses informasi.
Sekretaris Pendidikan Pemilih dan Pengawas Partisipatif Pengurus Pusat PDB, Muhammad Izzatullah, mengatakan kesenjangan literasi politik antara daerah maju dan daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) masih sangat jauh.
Kondisi tersebut tentu saja berpengaruh besar terhadap kualitas partisipasi pemilih muda. Pemilih pemula di daerah terpencil bahkan belum paham hak-hak dasar mereka dalam pemilu.
"Mereka hanya mendapatkan informasi seadanya, dan seringkali bersifat sepihak. Kondisi ini menunjukkan pendidikan pemilih belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat secara merata,” ucap Izzatullah, Kamis 21 November 2025.
Ia menegaskan pendidikan pemilih tidak boleh lagi menjadi agenda eksklusif atau hanya dilaksanakan di daerah dengan akses mudah.
Menurutnya, demokrasi yang kuat hanya bisa terwujud jika seluruh pemilih muda, tanpa terkecuali, mendapatkan bekal pengetahuan politik yang cukup.
Program edukasi pemilih harus bergerak lebih jauh, bukan hanya berhenti di kota atau pusat kabupaten.
"Kita perlu memastikan materi-materi ini sampai ke pulau-pulau kecil, daerah pegunungan, dan wilayah yang selama ini jarang tersentuh oleh kegiatan pendidikan politik,” jelasnya.
Izzatullah juga mendorong adanya inovasi dalam penyampaian materi edukasi. Model formal seperti seminar di gedung pemerintahan seringkali tak relevan bagi daerah terpencil yang punya kondisi sosial berbeda.
Artinya, sambung dia, pendidikan pemilih perlu menyesuaikan karakter masyarakat lokal.
"Pendekatannya bisa melalui tokoh adat, komunitas pemuda desa, atau metode berbasis aktivitas yang lebih mudah diterima. Model seperti ini terbukti lebih efektif karena dekat dengan keseharian mereka,” katanya.
Selain inovasi metode, PDB menilai kolaborasi antarinstansi juga menjadi kunci keberhasilan.
Penyelenggara pemilu, pemerintah daerah, sekolah, dan organisasi masyarakat sipil diminta untuk lebih aktif membangun program yang berkelanjutan, bukan hanya kegiatan menjelang pemilu.
Digitalisasi materi edukasi juga dinilai penting, namun Izzatullah menegaskan pendekatan daring tidak bisa menggantikan kebutuhan tatap muka di banyak wilayah.
“Internet memang membantu, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa ada wilayah yang bahkan kesulitan mendapatkan sinyal. Karena itu, strategi luring tetap harus dipertahankan secara serius,” pungkasnya. (Syam)








