KUBAR — Di tengah rimbunnya hutan dan pesona alam Kabupaten Kutai Barat, tersembunyi seuntai warisan budaya yang tak ternilai. Itulah kerajinan tangan.
Dari jemari terampil para pengrajin, serat alam diubah menjadi karya seni yang memikat. Pengrajin itu, salah satunya adalah Nenek Aina.
Ia, adalah perempuan paruh baya yang telah mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan seni anyaman dan kreasi tenun di Kutai Barat.
Sejak kecil, perempuan asal Kecamatan Barong Tongkok itu telah belajar menenun dari para tetua di kampungnya. Sudah menjadi hobby tentunya.
"Saya belajar membuat anyaman dan tenun itu sudah sejak lama,” Curhat Nenek Aina kepada katakaltim, Minggu 12 Januari 2025.
Baca Juga: Tangkap 1 Pelaku Penyalahgunaan Narkoba, Polisi Amankan Ribuan Butir Obat-obatan
Keahlian Nenek Aina dalam mengolah rotan, bambu, dan benang menjadi tenun badong, anyaman rotan, doyo, dan tumpar, telah membuahkan hasil yang luar biasa dipandang mata.
Karya-karya Nenek Aina tak hanya menghiasi rumah-rumah di Kutai Barat, tetapi juga telah merambah ke berbagai daerah di Borneo, Kalimantan. Bahkan di luar pulau Kalimantan.
"Kami biasa dapat pesanan dari beberapa daerah termasuk Samarinda. Ada juga yang memesan di luar Kalimantan," ucapnya sembari menjalankan aktivitas tenunnya.
Ia mengaku amat bersyukur menjalani aktivitas kesehariannya. Sebab, hobby yang digemarinya sejak kecil ini juga mendulang pundi-pundi rupiah.
Padahal, Nenek Aina tidak punya niat menenun kecuali untuk menampilkan kekayaan khas daerahnya.
“Syukur sekarang bisa ada penghasilan. Awalnya hanya sekadar hobby dan sekarang memetik hasilnya,” tukasnya seraya memberikan semangat.
Ternyata bukan hanya pengrajin, Aina juga kerap hadir dalam pameran-pameran atau event-event di Sendawar.
Ia dengan bangga memperkenalkan kerajinan tangan Kutai Barat di berbagai pameran, membawa pesan tentang keindahan dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
Nenek Aina pun mengaku ia juga sering-sering diajak Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) untuk memamerkan hasil jemarinya yang sudah tampak keriput itu.
“Saya juga sering dipanggil ibu Dekranasda kalau ada kunjungan dari pejabat luar Kubar," tuturnya sembari mengucap syukur.
Melalui karyanya, Nenek Aina ingin menunjukkan bahwa warisan budaya dapat menjadi sumber penghidupan yang berkelanjutan.
Ketekunan Nenek Aina dalam melestarikan seni anyaman dan tenun, tak hanya berhasil mendulang pundi-pundi uang, tetapi juga telah menginspirasi banyak orang.
Di tangan terampilnya, salah satu warisan budaya Kutai Barat terus hidup dan berkembang, menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.
Nenek Aina berharap, hobby-nya ini juga mampu menenun warisan budaya Kutai Barat di tengah gempuran percepatan dunia modern.
“Semoga ini terwarisi untuk anak-anak kita,” tutupnya. (*)