Payload Logo
0-986420251125185813019.jpg
Dilihat 0 kali

Hutan Wehea Kutai Timur (dok: Caca/katakaltim)|

Miris! 29.000 Hektar Hutan Wehea Kutai Timur Hanya Dijaga 7 Orang

Penulis: Salsabila Resa | Editor: Agu
19 September 2025

KUTIM — Ketua Petkuq Mehuey (Penjaga Hutan Wehea), Yuliana Wetuq, keluhkan akses menuju hutan yang hampir putus.

Jalan yang puluhan tahun dilewati untuk melakukan patroli di Hutan Wehea Kutai Timur itu sudah sangat memprihatinkan.

"Kita kecewa. Karena kita sudah bawa proposal ke sana-sini tapi belum ada yang tergerak hatinya untuk membantu," jelasnya pada Katakaltim, Selasa 16 September 2025.

Minim Bantuan

Adapun bantuan pemerintah untuk operasional penjagaan hutan sudah lama berhenti sejak 2014 silam.

Tepatnya sejak Dinas Kehutanan (Dishut) telah di bawah naungan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).

"Mereka waktu itu melakukan penelitian soal burung, tetapi dialihkan untuk operasional hutan lindung," jelas Julie, sapaannya.

Sejak 2014 silam, Petkuq Mehuey tidak lagi mendapat bantuan operasional dari pemerintah. Adapun bantuan yang masuk berasal dari LSM, yang juga tidak seberapa.

"Hanya untuk bertahan hidup di dalam hutan, dan kebutuhan bahan bakar untuk patroli di hutan seluas 29.000 Hektar," tandasnya.

Sayangnya, bantuan tersebut tak lagi ada, mulai Mei 2025. Minimnya bantuan ini, tak hanya membuat penjaga hutan adat terbatas operasional, bahkan menyeberang berkurangnya penjaga hutan.

Kata Julie awalnya penjaga hutan berjumlah 35 orang. “Sekarang makin hari berkurang, tersisa 7 orang,” tukasnya.

“Ini karena faktor operasionalnya, orang-orang yang jaga hutan itu kan istilahnya ada kebutuhan makan, transportasi. Itu kan perlu. Sehingga kita mengurangi orang karena biaya yang kita punya tidak seberapa," sambungnya.

Jumlah penjaga hutan ini tentu saja sangat sedikit untuk menjaga hutan dengan luasan ribuan hektar itu.

Adapun bantuan dana karbon, program Forest Carbon Partnership Facility-Carbon Fund (FCPF-CF) dari Bank Dunia tahun 2024, sebagai upaya penurunan emisi karbon di Kutim, Petkuq Mehuey mengaku juga mendapat dana tersebut. Namun lagi-lagi tidak seberapa.

Dia agak kesal. Karena pihaknya mendapat suntikan dana sangat sedikit. Padahal pihaknya lah yang menjaga paru-paru dunia itu.

"Kita hanya mendapat 70 juta, sementara yang tidak jaga, yang tidak punya hutan dapat yang lebih. Saya nggak tahu penilaiannya seperti apa. Tentu kita kecewa," sesalnya.

Alasan Bertahan

Sebagai suku dan adat istiadat yang sangat bergantung pada alam dan hutan, menjadikan Petkuq Mehuey masih eksis hingga sekarang. Pun mengandalkan kemampuan swadaya masyarakat adat.

Semangat itu juga, kata Julie, menjadikan Hutan Adat Wehea bersih dari pembukaan lahan, dan terjaganya ekosistem.

"Pembukaan lahan tidak ada karena penjaga stay dalam hutan. Adapun keluar hutan selama 4 hari dalam sebulan untuk evaluasi atau mengambil logistik," jelasnya.

Julie juga berharap, suara yang sudah sering dilontarkannya ini bisa didengar oleh pemerintah.

"Saya berharap agar banyak pihak yang memberikan perhatian untuk hutan lindung. Ini paru-paru dunia. Dan yang kami jaga juga bukan untuk kepentingan golongan tertentu, tapi masa depan umat manusia," pungkasnya. (Cca)