BONTANG — Calon Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni tampak prihatin dengan sanitasi buruk di Kota Bontang. Belum lagi cakupan air domestik hanya mencapai 60 persen.
“Cakupan air bersih domestik saat ini baru 60 persen. Ini yang harus kita selesaikan. Bagaimana kita mau menyelsaikan stunting kalau sanitasi kita jelek?,” ucapnya saat konferensi pers di halaman kantor KPU, Rabu (28/8).
Baca Juga: Generasi Muda Deklarasi Dukung Neni Moerniaeni-Agus Haris di Pilkada Bontang
Neni—sapaan akrabnya—juga memaparkan masih banyak kendala yang terpampang di hadapan mata. Tak kecuali masalah buang air besar sembarangan (BABS).
Baca Juga: Sinergi Data Indonesia Rilis Hasil Survey Bacalon Wali Kota Bontang, Neni Dapat 41 Persen
Problem BABS ini menurutnya sangat penting diselesaikan. Mengingat berdampak pada tidak sehatnya lingkungan. Artinya, kata Neni, juga berpengaruh pada peningkatan stunting.
“Masih banyak lagi masalah yaitu BABS yang tidak kunjung selesai. Dan salah satu penyebab stunting adalah sanitasi yang jelek, gizi yang buruk, dan penyakit yang kronis,” ucapnya.
Neni juga menyinggung tingginya angka stunting di Kota Bontang. Bahkan, peringkat satu se-Kalimantan Timur (Kaltim). Padahal target pemerintah pusat untuk tahun 2025 wajib menyentuh angka di bawah 14 persen.
“Nah sementara saat ini Bontang ada pada posisi 21 persen. Ini PR kita bersama,” ucapnya.
Untuk mencegah stunting ini, menurut Neni pentingnya sanitasi untuk semua (sanitation for all) masyarakat Bontang.
“Apa yang harus dilakukan adalah sanitation for all people. Atau sanitasi untuk semua masyarakat Kota Bontang, harus mencapai 100 persen. Ini lah permasalahan kita di depan mata. Kalau bisa kita zero (nol) angka stunting,” tuturnya.
Diketahui, pemenuhan kebutuhan air minum rumah tangga bagi masyarakat Kota Bontang semakin meningkat seiring pertambahan populasi penduduk. Untuk itu pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) juga sangat penting.
Penelusuran katakaltim.com dari berbagai sumber, saat ini Kota Bontang memliki penduduk sebesar 190.621 jiwa. Diprediksi pertumbuhan penduduk Kota Taman akan bertambah sebesar 192.579 jiwa pada 2030, di mana IKN tahun itu sepenuhnya berpindah.
Diketahui, Kota Bontang pun salah satu kota pendukung IKN yang ditetapkan melalui
Undang-Undang Ibu Kota Negara Nomor 3 Tahun 2022 dan Keputusan Presiden Nomor
63 Tahun 2022 tentang rincian Rencana Induk Ibu Kota Negara.
Apalagi Kota Bontang juga telah diitetapkan pemerintah sebagai kawasan pengembangan klaster industri petrokimia berbasis gas dan kondensat, yang bakal jadi Kawasan Strategis
Nasional (NSA).
Bahkan, kenyataannya, Bontang punya beberapa kawasan industri yang dimiliki BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Termasuk PT Pupuk Kaltim, yang memproduksi pupuk urea dan amonium. PT LNG Badak, juga termasuk, yang memproses gas alam cair, dan di antara beberapa perusahaan petrokimia lainnya.
Selain infrastruktur persiapan yang telah direncakanan di IKN, kebutuhan air baku dan air bersih juga dianggap penting seiring meningkatnya penduduk. (*)