SAMARINDA — Era digital menciptakan demokratisasi. Sayangnya, berdampak pada semua pihak. Tidak kecuali anak-anak sekolah.
Saat ini gadget atau telepon genggam hampir dimiliki setiap pelajar. Akses internet juga murah. Tentu saja ada banyak waktu berselancar di dalamnya.
Kenyataan itu berdampak pada banjirnya konten yang tersajikan. Salah satunya adalah konten dewasa.
Baru-baru ini warga Samarinda heboh setelah mengetahui seorang siswa menikmati konten film dewasa.
Sejumlah spekulasi pun mencuat. Bagaimana caranya mengatasi masalah ini? Apakah ini adalah keharusan sosial di tengah arus informasi dan booming-nya dunia digital?
Menanggapi itu, Anggota DPRD Kota Samarinda, Ismail Latisi, menyampaikan harus ada pembentukan karakter pelajar.
Bukan saja di sekolah, bahkan harusnya di rumah. Bersama keluarga.
“Pembentukan karakter dan pengawasan perilaku anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, bukan hanya di sekolah,” saran Ismail Latisi kepada awak media belum lama ini.
Usulkan Program Pelatihan
Ismail kemudian mengusulkan idenya. Yaitu Pemkot Samarinda segera menggagas program pelatihan khusus bagi orang tua.
Misalnya pembentukan parenting class. Ini dapat membekali keluarga dengan pengetahuan dan keterampilan.
Supaya keluarga juga dapat mendampingi anak menghadapi pengaruh dan dampak negatif dari maraknya teknologi.
Kekerasan Seksual Meningkat
Pentingnya pengawasan orang tua juga sangat ditekankan oleh Ismail Latisi.
Apalagi di tengah banjirnya konten dewasa yang tidak layak. Terlebih lagi sangat mudah diakses anak-anak.
Ia menekankan upaya pendidikan karakter tidak akan efektif jika hanya dibebankan pada institusi sekolah.
Belum lagi misalnya, meningkatnya kekerasan di lingkungan sekolah, baik di SD maupun SMP.
Maka, pendekatan kolaboratif antara sekolah, pemerintah, dan masyarakat adalah jalan terbaik membangun sistem pendidikan yang aman.
Inilah jalan untuk mencetak generasi yang berkualitas menurut Ismail Latisi.
“Kalau kita ingin mencetak generasi berkualitas, orang tua juga harus diberdayakan ikut aktif membina dan melindungi anak-anak mereka,” jelasnya.
Ismail Latisi berharap ke depannya tidak lagi terjadi masalah-masalah semacam ini. Baik di lingkungan sekolah, atau di luar sekolah. (Adv)













