KATAKALTIM - Suku Dayak, kelompok etnis asli Kalimantan, Indonesia, telah menetap di pulau Kalimantan sejak zaman dahulu. Mereka tinggal di pedalaman hutan, bergantung pada sumber daya alam, dan memiliki beragam budaya, bahasa, adat istiadat, dan tradisi.
Nama "Dayak" berasal dari bahasa Kenyah yang berarti "hulu sungai" atau "pedalaman," menunjukkan lokasi geografis mereka di sekitar sungai Kalimantan. Budaya mereka mencakup musik, tarian, seni ukir, anyaman, dan pahat yang indah.
Baca Juga: Inilah Perubahan Unik Terjadi di Kekaisaran Jepang Abad Pertengahan
Suku Dayak terdiri dari berbagai sub-etnis dengan keberagaman budaya, bahasa, adat istiadat, dan tradisi. Pakaian adat Dayak, semula terbuat dari kulit kayu, memiliki karakteristik unik.
Baca Juga: Berikut Suku-suku yang Ada di Kalimantan Timur, Ternyata Banyak...
Berikut ini telah kami rangkum jenis pakaian adat Dayak serta makna pakaian adat tersebut? Simak penjelasannya pada artikel di bawah ini.
Jenis Pakaian Adat Dayak
1. King Baba
Pakaian adat suku Dayak untuk pria di Kalimantan Barat dikenal sebagai king baba. Nama "King Baba" berasal dari bahasa Dayak, dimana "king" berarti pakaian dan "baba" berarti laki-laki.
Terbuat dari serat tinggi kulit kayu tumbuhan endemik, king baba diproduksi dengan cara memukul kulit kayu dalam air untuk menyisakan serat.
Setelah serat lentur, mereka dijemur dan dihiasi dengan lukisan etnik Dayak menggunakan pewarna alami. King Baba terdiri dari rompi tanpa lengan dan celana panjang, sering dipadukan dengan senjata mandau dan perisai, memberikan kesan persiapan perang.
2. King Bibinge
Pakaian adat suku Dayak untuk wanita, King Bibinge, memiliki cara pembuatan yang serupa dengan pakaian pria. Terbuat dari kulit kayu tanaman ampuro atau kapuo yang kaya serat.
King Bibinge lebih tertutup dengan penutup dada, stagen, dan rok. Aksesoris seperti kalung, manik-manik, dan ikat kepala dengan bulu burung enggang melengkapi pakaian ini.
Tanpa lengan seperti King Baba, King Bibinge dihiasi dengan lukisan khas Dayak, manik-manik kayu, dan bulu burung enggang. Gelang terbuat dari akar pohon, sedangkan kalung terdiri dari tulang hewan dan akar pohon, berfungsi sebagai hiasan, jimat, dan penolak bala.
3. Buang Kuureng
Buang Kuureng, pakaian adat suku Melayu di Kalimantan Barat, merupakan versi lokal dari baju kurung yang umumnya dikenakan oleh suku Melayu di berbagai wilayah seperti Indonesia, Malaysia, dan Brunei.
Meskipun berbagi akar budaya, Buang Kuureng memiliki ciri khas sendiri yang mencakup corak, desain, dan bahan yang berbeda.
Pakaian ini digunakan oleh perempuan dan hadir dalam dua versi, yakni dengan lengan panjang (Kurung Langke Tangan) dan lengan pendek (Kuurung Sapek Tangan).
Keistimewaan Buang Kuureng terletak pada perpaduan budaya Melayu dan Dayak, menciptakan corak yang unik. Perlindungan dan penghargaan terhadap warisan budaya Buang Kuureng menjadi penting, terutama karena penggunaannya terbatas pada acara khusus seperti peringatan Hari Kartini.
4. Teluk Belanga
Teluk Belanga, pakaian adat suku Melayu di Kalimantan Barat, menjadi simbol kehormatan dalam berbagai acara resmi seperti upacara adat dan pernikahan.
Didesain khusus untuk laki-laki, Teluk Belanga mengesankan kemegahan melalui pemakaian bahan berkualitas, terutama satin berwarna kuning emas yang membawa makna khusus sebagai identitas kerajaan Melayu.
Terdiri dari pakaian dalam, celana panjang, kain, dan sarung dengan corak ingsang, serta songkok hitam sebagai pelengkap, Teluk Belanga menciptakan perbedaan yang signifikan antara pakaian adat suku Melayu dan Dayak, menekankan penggunaan kain dan desain tertutup untuk menciptakan identitas yang unik.
5. King Kabo
King Kabo, pakaian adat suku Dayak di Kalimantan yang mengalami modifikasi, memberikan tampilan modis dan unik sambil mempertahankan ciri khasnya.
Sebagai modifikasi dari King Baba, pakaian tradisional suku Dayak untuk pria, King Kabo menggunakan inovasi dengan memasukkan bahan Kain Sungkit dari Brunei Darussalam.
Meskipun mengalami modifikasi, King Kabo tetap mempertahankan ciri khas Suku Dayak, termasuk ukiran Dayak dan aksesori kepala yang mirip dengan Mandau, senjata tradisional Kalimantan.
6. Ta'a
Baju adat Dayak Kaltim yang dikenal sebagai Ta'a berasal dari suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Ta'a, yang merupakan pakaian adat untuk wanita, terdiri dari beberapa komponen, seperti da'a (ikat kepala dari pandan), baju atasan bernama sapei inoq, dan rok bernama ta'a.
Pembuatan Ta'a melibatkan penggunaan pandan dan kain, dengan hiasan bulu burung, serta gelang pintalan benang sebagai penolak bala.
Baju atasan, bawahan, dan penutup kepala dihiasi dengan motif khusus, seperti burung enggang dan harimau untuk bangsawan, serta motif tumbuhan untuk masyarakat biasa.
7. Sapai Sapaq
Sapai Sapaq adalah pakaian adat untuk kaum laki-laki Dayak di Kalimantan Timur. Secara keseluruhan, Sapai Sapaq mirip dengan Ta'a dalam motif dan desain. Namun, perbedaannya terletak pada bawahannya, yang berupa celana pendek bernama Abeq kaboq.
Para pria Dayak juga menggunakan aksesoris lain, termasuk senjata tradisional seperti perisai dan mandau sebagai perlindungan diri.
Seperti Ta'a, Sapai Sapaq juga mencerminkan kearifan masyarakat Dayak dalam memanfaatkan sumber daya alam, terutama dalam pembuatan pakaian dan aksesorisnya.
Makna Pakaian Adat Dayak
Bukan hanya sebagai pakaian untuk dikenakan, pakaian adat Dayak juga mengandung makna tersendiri. Berikut penjelasannya.
Makna Warna bagi Suku Dayak
• Warna merah mewakili solidaritas dan keberanian untuk mempertahankan kebenaran.
• Warna putih melambangkan kesucian jiwa dan kemurnian.
• Warna kuning mencerminkan keagungan, kejayaan, kemegahan, dan kehormatan.
• Warna hitam melambangkan kedewasaan dan berkabung.
• Warna hijau melambangkan kesuburan dan kemakmuran.
Makna Ragam Hias
• Bentuk manusia atau matuari menggambarkan kehidupan manusia di dunia.
• Bentuk binatang menandakan adanya kehidupan binatang.
• Bentuk tumbuhan mencerminkan keberadaan tumbuhan dalam kehidupan.
• Bentuk benda-benda seperti bintang, bulan, dan matahari mencerminkan kehidupan dalam alam gaib.
Ragam Aksesoris atau Perhiasan dan Maknanya
• Simbolong adalah perhiasan untuk sanggul wanita yang dapat digunakan sehari-hari atau pada upacara adat.
• Hiasan kepala berupa tajuk bulu tantawan dan tajuk bulu arue dapat digunakan pada acara sukacita maupun dukacita.
• Poosong adalah perhiasan untuk lubang telinga wanita.
• Kalong atau manik pirak adalah kalung yang mempercantik leher dan menunjukkan status sosial.
• Kalong manik kalabe adalah kalung khusus untuk perempuan muda.
• Kalong manik lawang adalah kalung yang bisa dipakai oleh laki-laki atau perempuan.
• Tangkalai' atau sumpae adalah hiasan lengan untuk laki-laki maupun perempuan.
• Isi amas atau gigi emas digunakan untuk mempercantik gigi dan memiliki makna simbolis tentang keuangannya.
Itulah tadi penjelasan seputar pakaian adat Dayak, mulai dari jenis-jenisnya hingga makna yang ada di baliknya. Semoga menambah wawasan. (*)