Payload Logo
-40720251125185419697.jpg
Dilihat 0 kali

Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Riska Wahyuningsih.

Keterlibatan Perempuan di Parlemen Samarinda Hanya 8 Persen, DPRD Dorong Giat Pendidikan Politik

Penulis: Salsabila | Editor: Hilal
15 Agustus 2025

SAMARINDA — Umumnya keterlibatan perempuan dalam dunia politik akan membawa perspektif yang lebih beragam dalam perumusan kebijakan, khususnya yang menyangkut isu-isu perempuan, anak, dan keluarga.

Begitu menurut Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Riska Wahyuningsih. Namun berdasarkan jumlah Anggota DPRD Samarinda 2024-2029 yang terpilih di Pemilu 2024 masih didominasi kaum laki-laki dan perempuan masih sangat minoritas.

Dari 45 anggota DPRD Samarinda di Pemilu 2024 dan ditetapkan KPU Kota Samarinda, Kamis, 2 Mei 2024, sebanyak 41 orang atau dengan presentase 91,12% berjenis kelamin laki-laki, sedangkan presentase perempuan hanya 8,88%, ata 4 orang.

Di antaranya merupakan Sri Puji Astuti, Marlina, Celni Pita Sari dan Riska Wahyuningsih, dirinya.

Riska menyebut, jumlah perempuan tersebut masih sangat minim dari target kuota 30 persen sebagaimana diamanatkan dalam regulasi.

Karena ini, Politisi Partai Gerindra ini menekankan pentingnya pendidikan politik bagi kaum perempuan.

“Pendidikan politik itu penting sekali, khususnya bagi perempuan. Kita masih kekurangan wakil perempuan di DPRD Samarinda. Harapannya, dengan bekal pengetahuan politik yang memadai, kuota 30 persen ini bisa terpenuhi di periode berikutnya,” ujarnya belum lama ini.

Menurutnya, pemahaman politik yang kuat akan mendorong keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan dan memperkuat representasi mereka di parlemen.

"Keterlibatan ini penting, karena yang mengetahui detail kebutuhan perempuan adalah dirinya, dan yang sepenuhnya mampu memperjuangkan itu juga dirinya," ujar Riska.

Wakil rakyat ini mendorong agar organisasi perempuan, lembaga pendidikan, dan pemerintah daerah untuk bersama-sama menyelenggarakan kegiatan pendidikan politik yang inklusif dan berkelanjutan.

“Kalau perempuan punya pengetahuan dan percaya diri, mereka tidak hanya menjadi penonton, tapi juga bisa menjadi pelaku dalam menentukan arah pembangunan,” tandasnya. (Adv)