BERAU — Dinas Peternakan Kaltim baru-baru ini menemukan 50 kasus penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) yang menyerang hewan ternak, khususnya sapi dan kerbau.
Setidaknya ada 50 kasus yang sudah ditemukan. Tersebar di Kabupaten Paser, Kutai Kartanegara (Kukar), dan Kota Samarinda.
Menanggapi itu, pihak Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan (Distanak) Berau mengaku ambil langkah cepat mencegah penyebaran penyakit tersebut.
Baca Juga: Ringkus Pengedar Narkoba, Polres Berau Amankan Ribuan Butir Obat-obatan
Dokter Hewan Distanak Berau, Iwan Kadianto, menjelaskan biasanya LSD ini ditandai dengan gejala benjol-benjol dan demam pada tubuh hewan.
Pun saat ini belum ada laporan kasus di Berau, pihaknya tetap waspada dan memeriksa rutin kesehatan hewan ternak melalui 6 unit pelaksana teknis (UPT) Pusat Kesehatan Hewan yang tersebar di beberapa wilayah.
“Ada 6 UPT Pusat Kesehatan Distanak di wilayah Berau. Ada di Segah, Gunung Tabur, Biatan, Talisayan, dan Batu putih. Di sana ada dokter hewan yang bisa merawat hewan para perternak," ucapnya di Tanjung Redeb, Sabtu 18 Januari 2025.
Iwan meyakinkan pihaknya sudah mengetahui gejala LSD, sehingga para tenaga medis hewan yang tersebar, sangat siap menanggulangi jika wabah melanda. Pun demikian, tetap harus waspada.
"Walaupun kami sudah tau gejala penyakit hewan tersebut, tentu kami waspada. Kami juga sudah meminta bantuan vaksin dari Dinas Peternakan Kaltim," ucapnya.
Lebih jauh, kata Iwan, pihaknya mendengar kabar ainnya bahwa kasus tersebut juga sudah menyebar di Kabupaten Kutai Timur (Kutim).
"Saya juga baru-baru ini dapat kabar, penyakit hewan tersebut telah masuk di Kutim. Ada 2 ekor sapi yang mati dengan gejala seperti yang saya jelaskan tadi,” katanya.
Dengan merebaknya puluhan kasus di beberapa wilayah Kaltim, pihak Distanak Berau meminta vaksin dari Dinas Peternakan provinsi agar masalah ini terselesaikan.
“Olehnya itu kami berharap dari provinsi bisa segera mengirimkan vaksin, sehingga kami bisa antisipasi," pungkasnya.
Diketahui, penyakit ini tidak menular ke tubuh manusia. Namun tentu saja memberikan dampak kerugian ekonomi yang besar karena dapat menyebabkan kematian dan penurunan produksi hewan ternak. (*)