Payload Logo
-119620251125185434164.jpg
Dilihat 0 kali

Para driver ojek online (ojol) saat menggelar aksi berduka, pemasangan pita hitam dan doa bersama untuk almarhum Affan Kurniawa, di Jl Durian, Samarinda, Jumat (29/8/2025) (Dok: ali/katakaltim)

Pita Simbol Duka, Doa dan Solidaritas Ojol Samarinda untuk Almarhum Affan Kurniawan

Penulis: Ali | Editor: Agu
30 Agustus 2025

SAMARINDA — Ratusan pengemudi ojek online di Samarinda menggelar aksi solidaritas, Jumat 29 Agustus 2025.

Aksi itu dalam rangka mengenang rekan seprofesi mereka, Affan Kurniawan, yang meninggal dunia dilindas mobil Baraccuda saat ikut aksi demonstrasi di Jakarta, Kamis 28 Agustus 2025.

Kegiatan ini bukan berupa unjuk rasa atau tuntutan kenaikan tarif, melainkan doa bersama dan pembagian pita hitam sebagai simbol duka cita.

Kegiatan berlangsung di Jalan Durian, diikuti sekitar 300 driver dari berbagai basecamp.

Suasana haru tampak jelas, motor berjejer rapi dan seragam hijau-hitam melebur dalam kesedihan, menggambarkan ikatan persaudaraan antar pekerja jalanan melampaui batas wilayah.

Menurut Wati Ningsih, salah satu pengurus Bubuhan Driver Gojek Samarinda (Budgos), aksi ini lahir dari rasa kehilangan yang mendalam.

"Kami di Samarinda merasa kehilangan. Affan Kurniawan adalah bagian dari kita semua, pekerja jalanan, pejuang rezeki. Maka doa dan pita hitam ini adalah cara kami menyampaikan duka dan perlawanan dalam diam," ungkap Wati.

Rangkaian kegiatan dimulai dengan doa bersama, kemudian dilanjutkan pembagian pita hitam. Pita tersebut nantinya akan disebarkan ke seluruh basecamp oleh Ketua Budgos, Ivan Jaya.

"Kami ingin semua driver di Samarinda bisa memakai pita hitam. Ini bukan sekadar simbol, tapi tanda bahwa kita satu tubuh, satu rasa, meski terpisah jarak ribuan kilometer," tegas pengurus Budgos yang lain, Eko saputra.

Budgos memastikan kegiatan ini bukan bentuk aksi demonstrasi. Mereka lebih memilih mengekspresikan kepedulian melalui solidaritas senyap sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada almarhum.

"Ini murni aksi solidaritas. Bukan demo. Kami tidak ingin memperkeruh keadaan, tapi juga tidak bisa berdiam diri ketika seorang kawan tumbang di jalan perjuangan," pungkas Wati. (*)