KUTIM — Marak pembahasan soal penertiban siswa gemulai di beberapa daerah mendapat tanggapan dari Duta Pemuda Putra Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Riswan.
Menurutnya, karakter gemulai tidak mesti ditanggapi secara berlebihan apalagi mendapat diskriminasi dari masyarakat.
"Gemulai bukan berati penyimpangan seperti boti (Istilah bahasa gaul yang digunakan untuk merujuk pada pria gay yang memosisikan diri sebagai perempuan-red) namun semata sifat feminin yang dominan pada diri seseorang," kata Riswan di Sangatta, Minggu 9 November 2025.
Menurutnya, sifat ini bisa dipengaruhi banyak faktor, termasuk lingkungan.
"Misalnya, tumbuh besar di lingkungan yang mayoritas perempuan, atau menekuni seni yang memerlukan kehalusan gerak," jelasnya.
Sebelumnya beredar wacana pemerintah Kutim akan melakukan pendataan untuk siswa gemulai di sekolah-sekolah.
Kata dia, langkah ini merupakan bagian dari upaya pembinaan karakter generasi muda agar tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan berani.
Wakil Bupati Kutim, Mahyunadi, menyebut pendataan itu bukan bermaksud memberi stigma, melainkan untuk memberikan perhatian khusus bagi siswa yang dianggap perlu diarahkan kembali pada perilaku yang sesuai dengan karakter pemuda menuju generasi emas 2045.
"Yang salah arah kita akan lilihat. Pemuda kan harus gagah berani, bukan berarti yang gemulai itu tidak bagus,” kata Mahyunadi. (Cca)









